Logo Bloomberg Technoz

Menanti Sinyal Pemerintah Rilis Global Bond, Bisa Sokong Rupiah

Redaksi
13 May 2024 09:30

Ilustrasi Dolar AS (Sumber: Bloomberg)
Ilustrasi Dolar AS (Sumber: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kurva imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) masih bertahan mendatar memberi sinyal para pelaku pasar masih khawatir risiko kenaikan bunga acuan, BI rate, dalam waktu dekat, kendati bank sentral telah memberikan 'jaminan' tingkat bunga pinjaman saat ini sudah memadai dan tidak perlu ada kenaikan lagi.

Dalam perdagangan pekan lalu, pasar SBN mempertahankan kurva yield datar di mana tenor pendek 1Y dan 2Y di kisaran 6,841% dan 6,770%, sedang tenor 5Y juga di kisaran 6,946%, disusul tenor 10Y yang tak jauh dari sana di 6,967%. Tenor panjang 20Y dan 30Y juga di kisaran sama masing-masing di 6,980% dan 6,982%.

"Pergerakan kurva imbal hasil INDOGB [SBN rupiah] yang semakin flat menunjukkan para pelaku pasar khawatir terhadap kemungkinan BI mengerek bunga acuan lagi pada bulan Mei atau Juni," kata analis Mega Capital Sekuritas Lionel Prayadi dalam catatannya, Senin (13/5/2024).

Nilai cadangan devisa yang anjlok tajam April lalu, hingga US$4,2 miliar, menjadi salah satu alasan kekhawatiran terbesar akan kekuatan rupiah dalam menghadapi turbulensi pasar global di tengah lonjakan permintaan dolar AS di musim puncak kebutuhan valas. 

Terlebih kuartal II secara historis menjadi puncak permintaan valas di pasar yang bisa menekan nilai rupiah lebih lanjut. "Risiko itu [kenaikan BI rate] bisa dihindari bila Kementerian Keuangan bisa membantu mengisi kembali cadangan devisa dengan menerbitkan global bond [SBN valas]," kata Lionel.