Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, berikut 10 saham dengan Net Sell tertinggi sejak awal tahun.
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp7,68 triliun
- PT Astra International Tbk (ASII) Rp3,41 triliun
- PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp2,94 triliun
- PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) Rp1,22 triliun
- PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Rp766,58 miliar
- PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Rp397,79 miliar
- PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) Rp397,34 miliar
- PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp381,13 miliar
- PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Rp371,11 miliar
- PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) Rp301,84 miliar
Performa Big Cap
Jika melihat data net sell tersebut, saham dengan kapitalisasi pasar besar atau big cap cukup mendominasi. Masing-masing big cap memiliki isu, sehingga menjadi alasan investor asing meninggalkan saham-saham tersebut.
Saham PT Astra International Tbk (ASII) misalnya. Kinerja keuangannya dinilai kurang optimal akibat turunnya penjualan baik roda dua maupun empat.
Kemudian, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang menurut analis Mirae Asset Sekuritas Jonghoon Won memiliki hasil kinerja keuangan kuartal I-2024 yang ambigu.
Meski naik 3,7% secara tahunan menjadi Rp37,4 triliun, realisasi pendapatan ini masih di bawah perkiraan Mirae Asset. Laba TLKM juga terbebani oleh kerugian revaluasi dari investasi di GOTO.
"Hal ambigu lainnya yang terlihat pada hasil kuartal I-2024 adalah penurunan yang terus menerus dari ARPU. Namun, baik pengguna seluler maupun IndiHome meningkat, dibarengi dengan pertumbuhan data yang signifikan. Secara keseluruhan TLKM menunjukkan hasil yang ambigu pada kuartal I-2024," jelas Joghoon dalam risetnya, dikutip Senin (13/5/2024).
TLKM sejatinya bukan tanpa prospek. Valuasi sahamnya bahkan kini terbilang murah imbas aksi jual yang belakangan terjadi.
TLKM juga telah memiliki diversifikasi bisnis yang mulai menunjukkan dampak positif. Cuma memang, butuh waktu yang tidak sebentar untuk membuktikan diversifikasi tersebut memberikan dampak yang signifikan. Konfirmasi ini yang bisa meningkatkan kembali minat beli saham TLKM, termasuk dari investor asing.
Konfirmasi serupa juga dibutuhkan untuk saham BBRI.
Analis Algoresearch Alvin Baramuli mengatakan, saham BBRI sejatinya sudah berada dalam posisi oversold, imbas aksi jual yang dipicu oleh kinerja keuangan yang berada di bawah ekspektasi.
Sehingga, menurut Alvin, untuk masuk ke saham BBRI saat ini lebih baik bersifat taktis.
Pasalnya, jika investor ritel ingin mengekor investor institusi lokal, perlu diketahui, institusi lokal terkadang membeli saham bukan karena sisi fundamental melainkan lebih untuk menyeimbangkan portofolio. Hal ini berlaku untuk saham berkapitalisasi besar, terutama saham bank besar.
Berbeda dengan investor institusi asing yang faktor fundamental menjadi salah satu faktor penting.
"Secara keseluruhan, meskipun perlu adanya permainan taktis di saham BBRI saat ini karena harganya telah turun signifikan, BRI perlu memperbaiki prospeknya untuk lebih meyakinkan investor, terutama asing," jelas Alvin.
Isyarat Bank Indonesia (BI)
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo turut mencermati aksi jual investor asing. Ia juga menilai, ada sejumlah hal yang bisa memicu investor asing kembali ke dalam negeri.
"Memang kalau untuk saham itu masih terjadi outflow," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, Rabu (8/5/2024).
"Secara keseluruhan [outflow di bursa saham] satu sampai dua minggu ini mencapai Rp5,03 triliun."
Perry optimistis dana asing akan kembali masuk. Terutama, jika prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi sudah membaik.
Untuk jangka pendek, kenaikan suku bunga acuan bisa memberikan obat, meski dana yang masuk masih terbatas di instrumen surat utang.
BI melaporkan transaksi aliran dana asing non-residen yang masuk ke pasar keuangan Indonesia melalui instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) mencapai Rp19,77 triliun pada dua pekan pertama Mei 2024.
Bank sentral mengklaim aliran dana asing yang masuk ke pasar Indonesia ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter BI dalam menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) dan imbal hasil SRBI telah meningkatkan keyakinan investor global, sehingga hal ini mampu menarik aliran modal asing melalui instrumen keuangan.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan terjadi aliran masuk modal asing sebesar Rp19,77 triliun. Angka ini berasal dari aliran modal asing masuk Rp16,19 triliun pada pekan pertama Mei, dan Rp3,58 triliun pada pekan kedua Mei.
"Aliran modal asing dan nilai tukar lebih baik dibanding yang diperkirakan ketika memutuskan kebijakan moneter BI," ujar Perry.
Sementara itu, di instrumen Surat Berharga Negara (SBN), terjadi aliran modal asing yang masuk Rp8,1 triliun pada dua pekan pertama bulan ini. Rinciannya, pekan pertama terjadi aliran modal asing masuk Rp5,74 triliun dan pekan kedua aliran modal asing yang masuk Rp2,36 triliun.
(red)