Sedangkan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Australia dan Selandia Baru naik. Indeks dolar AS turun ke titik terendah dalam 8 minggu.
Investor sepertinya tengah bersiap menyambut rilis data ekonomi AS pekan ini, termasuk indikator yang menjadi pilihan bank sentral dalam mengukur inflasi yaitu Personal Consumption Expenditure (PCE). Ini akan menjadi faktor penentu dalam kebijakan suku bunga acuan.
Presiden Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) St Louis James Bullard mengatakan “kebijakan moneter yang layak (appropriate) akan berlanjut sebagai upaya untuk meredam inflasi” meski ada tekanan di sektor perbankan.
Sementara itu, konsumen di AS sepertinya sudah melupakan kejadian krisis perbankan. Data keyakinan konsumen terkini meningkat.
Pasar swap kini memperkirakan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) dalam rapat selanjutnya, dengan peluang lebih dari 50%. Selepas itu, ada kemungkinan The Fed bisa mulai menurunkan suku bunga acuan.
Akan tetapi, sejumlah pihak kini sepakat dengan BlackRock Investment Institute yang menyebut pasar keliru dalam memperkirakan suku bunga bakal turun.
“Kejadian terkini di perbankan AS dan Eropa tidak mengubah pandangan kami. The Fed masih punya banyak tugas untuk meredam inflasi, tugas yang selalu menantang. Kemungkinan hal ini akan menyebabkan peningkatan angka pengangguran, serta memperketat penyaluran kredit dan pasar keuangan,” tulis Joe Davis, Chief Global Economist di Vanguard Group Inc, dalam risetnya, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.
Investor juga akan memantau perkembangan perbankan di Eropa setelah kejaksaan Prancis mengungkapkan sejumlah bank termasuk Societe Generale SA dan BNP Paribas SA akan didenda secara kolektif dengan nilai lebih dari EUR 1 miliar (Rp 16,32 triliun) karena penggelapan pajak dan pencucian yang. Indeks saham perbankan di Eropa masih menguat meski ada berita ini.
Di pasar lain, harga minyak melanjutkan tren kenaikan. Harga emas juga naik sementara Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$ 27.400.
(bbn)