Airlangga juga mengatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu dari tujuh negara yang dibidik oleh AS untuk pengembangan semikonduktor.
Bila pada akhirnya AS tidak jadi menggandeng Indonesia, Airlangga mengatakan, masih terdapat potensi kerja sama dengan China. “Kalau tidak, dengan temannya AS, kita sudah siapkan semikonduktor yang berbasis awal yaitu wafer dari China,” ujar Airlangga.
Pengembangan semikonduktor tidak hanya dilakukan oleh Indonesia, melainkan dilakukan negara seperti Jerman dan Spanyol yang masing-masing menggelontorkan investasi sebesar US$13 miliar dan US$3 miliar.
Beberapa pengelola dana besar dunia tengah mencari gelombang pemenang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) berikutnya di luar Amerika Serikat.
Di saat euforia global tentang AI telah mendorong lonjakan tiga kali lipat pada Nvidia Corp, dan lonjakan 50% pada indeks utama AS, untuk produsen semikonduktor dalam waktu kurang dari satu tahun, para investor mengarah ke pasar negara berkembang untuk mendapatkan nilai yang lebih baik dan pilihan lebih banyak.
Goldman Sachs Group Inc, perusahaan manajemen aset, mengatakan bahwa mereka secara khusus mencari saham di produsen komponen rantai pasokan AI, seperti sistem pendingin dan power supplies.
JPMorgan Asset Management mendukung produsen elektronik tradisional yang berubah menjadi pemimpin AI, sementara manajer investasi di Morgan Stanley bertaruh pada pemain di mana AI membentuk kembali model bisnis di sektor non-teknologi.
(dov/ain)