Rupiah Bisa Lebih Perkasa Bila Indonesia Serius Garap Pariwisata
Ruisa Khoiriyah
10 May 2024 18:00
Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (AS) telah mencetak kinerja buruk sepanjang 2024 ini dengan pelemahan mencapai 4,21% dibandingkan nilainya pada akhir tahun lalu. Volatilitas dan pelemahan mata uang imbasnya tidak remeh karena bisa mempengaruhi keseluruhan ekonomi.
Bahkan dalam kisah terburuk, krisis perekonomian acapkali dipicu terutama oleh kejatuhan nilai tukar. Ini yang tercatat dalam sejarah ketika Indonesia mengalami krisis moneter terburuk pada 1997 silam yang memicu Gerakan Reformasi 1998 dan memaksa Soeharto, Presiden terlama dalam sejarah republik, lengser keprabon. Krisis itu berawal dari kejatuhan nilai tukar rupiah dari Rp2.500/US$ terjun bebas hingga Rp16.800/US$.
Hampir tiga dekade berlalu sejak krisis, perekonomian RI sudah banyak menunjukkan perubahan. Akan tetapi, ancaman pelemahan nilai tukar dan 'trauma' kolektif kejatuhan nilai yang memicu krisis besar, masih terus membayangi, mendesak perbaikan lebih fundamental agar kerapuhan rupiah tidak berlarut-larut. Rupiah membutuhkan sokongan lebih besar dari dalam agar tidak rentan terguncang setiap kali sentimen pasar global berayun naik turun.
Indonesia berpotensi memanen devisa dari sektor pariwisata dan seharusnya semakin serius membidik sektor-sektor ekonomi lain agar bisa menarik devisa di luar sektor tambang dan sumber daya alam.
Bulan lalu, rupiah kembali terperosok menjebol level terlemah di Rp16.260/US$, nilai terendah sejak kejatuhan nilai tukar ketika krisis akibat pandemi Covid-19 terjadi 2020 lalu kala rupiah ambles ke Rp16.575/US$. Bank Indonesia akhirnya memutuskan mengerek suku bunga acuan, BI rate, menjadi 6,25%, level tertinggi sejak benchmark diperkenalkan pada 2016 lalu. Namun, rupiah masih bergeming di Rp16.046/US$ pada penutupan perdagangan hari terakhir pekan ini, Rabu (8/5/2024).