AS Resah 'Bom Waktu' Paylater, Bagaimana Pinjol di Indonesia?
Ruisa Khoiriyah
10 May 2024 16:00
Bloomberg Technoz, Jakarta - Perekonomian Amerika Serikat (AS) tengah digelisahkan oleh timbunan utang dari layanan paylater yang menjelma menjadi ‘utang hantu’ karena datanya tidak bisa dilacak dengan jelas oleh otoritas dan pelaku pasar yang berkepentingan.
Timbunan utang paylater di AS dinilai telah mempengaruhi kondisi keuangan masyarakat di negeri Paman Sam secara keseluruhan, dengan berbagai data memperlihatkan situasi jeratan utang ditengarai mulai berimbas pada kemampuan pembayaran utang jenis lain dan kemampuan konsumsi. Utang rumah tangga AS secara keseluruhan telah menembus US$17,5 triliun pada kuartal satu lalu.
Masalah yang muncul dari kehadiran paylater bukan hanya menggelisahkan para pembuat kebijakan di AS, negara dengan ukuran perekonomian terbesar di dunia saat ini. Di China, keberadaan paylater -yang satu rangkaian dengan booming pinjaman online melalui platform peer to peer lending (P2P lending), juga meresahkan banyak kalangan karena banyak masyarakat kelas bawah terjerat utang pinjol berbunga tinggi yang akhirnya menyeret kondisi keuangan mereka lebih buruk.
Di Indonesia, hal serupa juga terjadi. Paylater yang ‘satu paket’ dengan kehadiran pinjaman online dari P2P lending, menjadi isu serius ketika banyak nasabah muda yang kesulitan mendapatkan persetujuan KPR gara-gara ada tunggakan paylater dan pinjol.
Sementara pada saat yang sama, akses terlalu mudah pada pinjol dan paylater membuat banyak kalangan semakin gampang berutang tanpa menghitung kemampuan bayar akibat minim literasi finansial dan tekanan gaya hidup. Padahal utang pinjol bunganya sangat tinggi, melampaui bunga kartu kredit yang menjadi kredit bank berbunga termahal. Akhirnya, banyak nasabah bermasalah pinjol yang diburu oleh debt collector, sebagian ditagih dengan cara kurang beretika dan memicu masalah lain yang tak kalah serius mulai dari kriminalitas hingga kasus bunuh diri.