Logo Bloomberg Technoz

Namun, yield rata-rata yang dimenangkan atau Weighted Average Yield (WAY) justru bergerak naik 2 bps hingga 6 bps, naik tipis dibanding level WAY lelang sebelumnya. “Kenaikan WAY 6 bps terjadi pada SUN tenor 10 tahun,” jelas Deni Ridwan, Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan, dalam catatan yang diterima oleh Bloomberg Technoz, Selasa malam (28/3/2023).

Untuk FR0096 bertenor 10 tahun misalnya, yield tertinggi yang masuk dalam lelang kemarin mencapai 6,9%, sedikit lebih rendah dibanding lelang 14 Maret sebesar 7,05%. Namun, yield yang dimenangkan 6,76%, lebih tinggi daripada 14 Maret sebesar 6,70%. Dengan nilai penawaran masih melampaui target indikatif, pemerintah memutuskan hanya memenangkan sebesar Rp 20 triliun. 

Deni menjelaskan, penurunan animo pemodal dalam lelang hari ini tidak bisa dilepaskan dari turbulensi sektor perbankan yang berlangsung dua pekan terakhir yang berepisentrum di Amerika dan Eropa.

Ekspektasi terhadap berkurangnya agresivitas Federal Reserve mengerek bunga, menurutnya mempengaruhi strategi investasi pemodal. “Selain itu, investor domestik juga kami perkirakan [masih] menahan investasi untuk memenuhi kebutuhan likuiditas selama Ramadan dan Lebaran,” jelasnya. 

Pembatasan suplai SBN

Menurut analis, sentimen bunga The Fed dan turbulensi sektor perbankan di negara-negara maju bukan cuma faktor penekan minat pemodal dalam lelang SUN kali ini. Volatilitas di pasar obligasi global masih tinggi sehingga para investor cenderung lebih berhati-hati.

Faktor lain adalah pembatasan supply SUN oleh pemerintah telah menurunkan minat pemodal.

Skema burden sharing antara pemerintah dan BI telah melonjakkan suplai SUN di pasar 

“Anjloknya incoming bids kali ini, terutama dari investor asing, adalah akibat dari pembatasan supply SUN oleh pemerintah yang hanya menyerap Rp 20 triliun dalam beberapa lelang terakhir. Jadi, investor asing melihat suplai SUN dari pemerintah akan lebih sedikit dan mereka (pemodal asing) akan lebih fokus di pasar sekunder ketimbang primary market,” jelas Macro Strategist dari Samuel Sekuritas Lionel Prayadi kepada Bloomberg Technoz.

Pembatasan supply itu terindikasi dari gelar lelang 14 Maret lalu di mana dari incoming bids mencapai Rp 53 triliun, pemerintah cuma menyerap Rp 20 triliun meski sebelumnya menetapkan target maksimal sebesar Rp 30 triliun. Pada lelang 28 Februari, dari nilai penawaran masuk mencapai Rp 45,97 triliun, pemerintah juga cuma menyerap Rp 20 triliun, padahal sebelumnya menetapkan target indikatif Rp 23 triliun. 

Sepanjang 2020-2023, suplai obligasi di pasar naik hampir 2x lipat dari Rp 2.900 triliun menjadi Rp 5.600 triliun menyusul kebijakan burden sharing pemerintah dan bank sentral dalam upaya membiayai penanganan pandemi Covid-19. Suplai yang melimpah itu berpotensi menurunkan harga SUN di pasar sekunder. “Makanya sekarang [suplai SUN di pasar primer] dibatasi agar harga kembali menarik,” terang Lionel.

Pamor obligasi rupiah sejatinya tengah naik saat ini di tengah kekhawatiran investor akan dampak rambatan krisis perbankan di Amerika dan Eropa. Pemodal mencari instrumen dengan imbal hasil menarik yang pergerakannya stabil. Obligasi dari emerging market termasuk Indonesia termasuk yang jadi incaran. 

Inflasi yang mulai melandai di level 3,09% pada Februari lalu ditambah ketegasan Bank Indonesia memastikan tingkat bunga acuan saat ini telah memadai, mengungkit pamor aset-aset rupiah terutama obligasi negara yang memberikan imbal hasil menarik.

“Fundamental ekonomi Indonesia relatif lebih baik dengan valuasi yang menarik dibandingkan dengan pasar negara berkembang lain, di mana itu mendorong aliran modal asing masuk ke pasar surat utang domestik di tengah penurunan yield US Treasury dan dolar AS,” jelas Handy Yunianto, Head of Fixed Income Research di Mandiri Sekuritas seperti diwartakan oleh Bloomberg News.

Dalam riset Mandiri Sekuritas, peringkat Indonesia di Indeks Kerapuhan (Vulnerability Index) berada di ranking terakhir di antara emerging market lain berdasarkan beberapa indikator. Mulai dari kebijakan bunga acuan bank sentral, inflasi, neraca transaksi berjalan, neraca fiskal, utang luar negeri, utang publik dan cadangan devisa.

(rui/evs)

No more pages