“Kami harus menang. Itu artinya kami harus menghancurkan batalyon tersebut. Kami menghadapi banyak tentangan, tetapi kami akan melaluinya,” sambung Netanyahu.
Netanyahu menambahkan Israel akan berusaha semaksimal mungkin untuk memastikan warga sipil meninggalkan Rafah sebelum serangan. Dia juga mengkritik “kegilaan” aksi demonstrasi pro Palestina di kampus AS.
Netanyahu menegaskan para demonstran “mendukung genosida”, dan menambahkan ini menjadi cerminan “keprihatinan terhadap pendidikan tinggi di AS”.
Pada Rabu (8/5/2024) waktu setempat, Biden menyebut pihaknya akan menunda pengiriman senjata ke Israel jika melancarkan serangan darat ke Rafah. Biden menegaskan risiko hilangnya nyawa warga sipil adalah “salah”.
“Kami akan terus memastikan agar Israel mengamankan Kubah Besi (Iron Dome) dan kemampuan mereka dalam merespons serangan di Timur Tengah. Namun ini salah. Kami tidak akan memasok senjata dan artileri,” ungkap Biden dalam wawancara dengan CNN.
Gedung Putih menegaskan bahwa AS terus berada di sisi sekutunya. Namun meminta Netanyahu untuk menahan diri dari serangan yang bisa memperparah situasi kemausiaan di Gaza.
Juru Bicara John Kirby mengulangi bahwa keputusan AS adalah menunda pengiriman senjata, bukan membatalkan, sekitar 3.500 bom. Senjata ini dinilai bisa menambah korban jiwa dari warga sipil di Gaza.
“Perdebatannya adalah kami dianggap meninggalkan Israel, tetapi itu jauh dari fakta,” tegas Kirby.
Pemerintah AS awalnya ingin memberitahu Israel soal penundaan pengiriman senjata secara privat. Namun rencana itu dibocorkan oleh para pejabat Israel, ungkap beberapa orang sumber.
(bbn)