Seorang pejabat senior AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan Washington telah dengan hati-hati meninjau pengiriman senjata yang mungkin digunakan di Rafah dan sebagai hasilnya menghentikan pengiriman yang terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pon (907 kg) dan 1.700 bom seberat 500 pon.
Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, awal pekan ini menyebut keputusan Washington untuk menunda pengiriman "sangat mengecewakan" meskipun ia tidak yakin AS akan berhenti memasok senjata ke Israel.
Israel pekan ini menyerang Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mengungsi, namun Biden mengatakan bahwa ia tidak menganggap serangan Israel sebagai invasi berskala penuh karena tidak menyerang "pusat-pusat populasi".
Wawancara ini dirilis beberapa jam setelah Menteri Pertahanan Lloyd J Austin III mengakui secara terbuka bahwa keputusan Biden pekan lalu untuk menahan pengiriman ribuan bom berat diambil karena keprihatinannya terhadap Rafah, di mana Washington menentang invasi besar-besaran Israel tanpa perlindungan warga sipil.
Kampanye Israel di Gaza dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel. Serangan tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang dan sekitar 250 orang lainnya diculik, di mana 133 orang di antaranya diyakini masih ditawan di Gaza, menurut perhitungan Israel.
Amerika Serikat sejauh ini merupakan pemasok senjata terbesar ke Israel, dan mempercepat pengiriman setelah serangan 7 Oktober yang dipimpin Hamas.
Pada tahun 2016, pemerintah AS dan Israel menandatangani Nota Kesepahaman 10 tahun ketiga yang memberikan bantuan militer sebesar US$38 miliar selama 10 tahun, hibah sebesar US$33 miliar untuk membeli peralatan militer, dan US$5 miliar untuk sistem pertahanan rudal. Bulan lalu, Kongres AS menyetujui dana tambahan sebesar US$26 miliar untuk Israel.
Biden mengatakan bahwa AS akan terus memberikan senjata pertahanan kepada Israel, termasuk untuk sistem pertahanan udara Iron Dome.
"Kami akan terus memastikan Israel aman dalam hal Iron Dome dan kemampuan mereka untuk merespons serangan yang datang dari Timur Tengah baru-baru ini," katanya. "Tetapi, itu salah. Kami tidak akan--kami tidak akan memasok senjata dan peluru artileri."
(red/ros)