The Fed mungkin akan mempertahankan suku bunga di level saat ini untuk jangka waktu lebih lama sampai diyakini inflasi bergerak di jalur tepat target 2%, higher for longer.
Ditambah lagi dengan tensi geopolitik di Timur Tengah yang tak kian mereda, serta depresiasi Rupiah menjadi faktor yang membuat investor asing keluar dari Bursa Saham Indonesia.
Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) turut menaruh perhatian terhadap aksi jual bersih atau net sell yang masif dari investor asing di pasar saham RI. Nilainya terbilang besar, yang terjadi hanya dalam waktu yang singkat.
"Memang kalau untuk saham itu masih terjadi outflow," sebut Gubernur BI Perry Warjiyo, Rabu (8/5/2024). "Secara keseluruhan (Outflow di Bursa Saham) satu sampai dua minggu ini mencapai Rp5,03 triliun.”
Meski demikian, Perry Warjiyo optimistis dana asing akan kembali masuk. Terutama, jika prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi sudah membaik. Ia menambahkan bahwa BI mencermati kurs rupiah dengan melakukan segala mengupayakan demi nilai tukar bisa kembali menguat.
Analis Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dan Evelyn Paramita juga tidak menampik, penurunan kualitas aset empat bank besar, termasuk BBRI, tengah menjadi isu fundamental yang saat ini menjadi perhatian investor asing.
Banyak faktor yang memicunya, mulai dari sentimen dalam negeri hingga global. Yang terang, sentimen-sentimen ini masih membuka peluang tekanan jual saham tersebut setidaknya untuk tren jangka pendek.
Jika tekanan jual terus berlanjut, efeknya bisa panjang. Pasalnya, saham empat Bank besar banyak dimiliki oleh investor asing yang juga belakangan tampak tengah meninggalkan saham keempatnya.
"Kepemilikan mereka juga besar. Sehingga, bukan hanya menekan IHSG, tapi arus keluar modal asing juga dapat memberikan tekanan pada neraca pembayaran yang pada akhirnya membuat rupiah melemah," mengutip riset Bahana, Kamis (9/5/2024).
Meski demikian, keduanya melihat penurunan kualitas asset bank hanya bersifat sementara. Satria dan Evelyn masih memasang sikap bullish untuk keempat saham bank tersebut.
“Aliran modal keluar meningkat pesat karena pergeseran mendadak pada ekspektasi terhadap suku bunga, diperparah dengan meningkatnya risiko geopolitik di Timur Tengah,” kata Alan Richardson, Manajer Investasi di Samsung Asset Management Co., seperti yang diwartakan Bloomberg News.
"Kombinasi dari dolar AS yang lebih kuat, imbal hasil obligasi yang lebih tinggi, spread kredit yang melebar, dan volatilitas ekuitas VIX yang lebih tinggi telah meningkatkan penghindaran risiko terhadap saham,”
Saat masuk ke pasar saham, investor asing menjadikan saham berkapitalisasi besar (big caps) sebagai pilihan utama. Saat keluar, saham ini pula yang paling pertama mereka dijual.
Berikut deretan saham yang paling banyak dilanda Net Sell investor asing sejak 1 April – 8 Mei 2024.
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Net Sell Rp11,76 triliun
- PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Net Sell Rp3,32 triliun
- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Net Sell Rp2,41 triliun
- PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Net Sell Rp2,33 triliun
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Net Sell Rp1,21 triliun
- PT Astra International Tbk (ASII) Net Sell Rp557,89 miliar
- PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) Net Sell Rp282,76 miliar
- PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) Net Sell Rp239,71 miliar
- PT United Tractors Tbk (UNTR) Net Sell Rp194,02 miliar
- PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Net Sell Rp172,84 miliar
(fad/wep)