Sebelumnya, Isu manipulasi laporan keuangan kini menghampiri PT Indofarma Tbk (INAF). Kondisi perusahaan farmasi pelat merah ini sungguh memperihatinkan sehingga tak punya uang lagi untuk membayar gaji karyawan.
Saham Indofarma juga masih dalam pematauan karena belum melaporkan kinerja keuangan kuartal I-2024 dan full year 2023. Selain itu perusahaan juga mengalami ekuitas negatif dan sedang menjalani Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) sementara.
Laporan keuangan yang dipublikasikan terakhir adalah kuartal III-2023. Dalam laporan keuangan ini, Indofarma menyatakan mengalami rugi bersih Rp191,69 miliar, naik 4,68% dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat Rp183,12 miliar.
Dalam laporan keuangan tersebut, perseroan juga menyatakan mengalami ekuitas negatif Rp105,36 miliar. Hal ini disebabkan karena rugi yang terjadi bertahun-tahun sehingga saldo rugi tercatat Rp807,99 miliar
Sebelumnya mantan Komisaris Utama INAF Laksono Trisnantoro mengungkapkan dirinya sudah mengendus adanya indikasi praktik fraud di 2021. Namun, tidak ada tindak lanjut dari pihak terkait kala itu. Pernyataan Laksono ini disampaikan dalam surat pengunduran diri tanggal 9 Januari 2024.
"Situasi ini sudah kami duga di tahun 2021, di mana Dewan Komisaris PT Indofarma Tbk sudah mengajukan audit dari pihak luar untuk masalah yang terjadi," tulis Laksono dalam surat tersebut.
"Akan tetapi, audit tersebut tidak pernah terjadi, sampai adanya audit BPK di tahun 2023."
Dibawa ke Kejagung
Barulah pada 2023, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) turun tangan. Lembaga ini akhirnya menemukan adanya indikasi dugaan penipuan atau manipulasi (fraud) laporan keuangan emiten farmasi pelat merah tersebut.
Hasil audit itu juga yang mendorong Kementerian BUMN akan membawa kasus INAF ke Kejaksaan Agung (Kejagung).
"Iya [akan kami serahkan]. Lagi proses," ujar Wakil Menteri BUMN Kartika Wiroatmodjo saat ditemui di Jakarta, Selasa (7/5/2024).
Tiko, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa BUMN sendiri saat ini tengah terus menindaklanjuti lebih dalam terhadap dugaan fraud tersebut.
Meski begitu, dia juga mengatakan jika Kementerian BUMN akan terus mengupayakan penyelamatan terhadap kelangsungan usaha emiten berkode saham INAF tersebut bersama dengan Holding BUMN Farmasi, Biofarma Group.
"Kami sedang rancang bersama dengan Biofarma sebagai holding untuk nanti bagaimana operasi Indofarma ke depan kita lihat lagi seperti apa. Karena sekarang kondisinya lagi berat sekali," ujar dia.
(dba)