Logo Bloomberg Technoz

Total angka itu setara 75% dari total laba bersih tahun buku 2023 yang sebesar RpRp6,1 triliun. 

Saat ini, MIND ID merupakan pemegang saham terbesar dengan memegang sebanyak 65,93% atau setara 7,59 miliar saham dari total jumlah saham yang beredar.

Jika mengacu pada dividend yield atau DPS yang dibagikan pada 2023 sebesar Rp397,50/saham, maka PTBA setidaknya menyetor dividen ke negara sebesar Rp3,01 triliun.

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)

Sementara itu, emiten pertambangan emas pelat merah ini juga resmi menyepakati membagikan dividen sebesar Rp3,07 triliun, dengan nilai dividen per saham (DPS) sebesar Rp128.

Kesepakatan tersebut berdasarkan hasil keputusan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan yang diselenggarakan di hari yang sama, Rabu (8/5/2024).

Adapun, total dividen itu juga setara 100% dari total laba bersih ANTM pada tahun buku 2023.  

Saat ini, MIND ID juga merupakan pemegang saham terbesar ANTM dengan memegang sebanyak 65% atau setara 15,61 miliar saham dari total jumlah saham yang beredar.

Dengan demikian, jika mengacu pada nilai DPS yang sebesa Rp128 itu, makan ANTM menyetor dividen kepada MIND ID sebesar Rp1,99 triliun.

PT Timah Tbk (TINS)

Berbeda dengan PTBA dan ANTM, emiten pertambangan timah pelat merah ini memutuskan untuk absen membagikan dividen dari hasil kinerja perseroan selama tahun buku 2023.

Saham TINS juga dimiliki oleh MIND ID dengan pemegang saham terbesar, yakni sebanyak 65% atau setara 4,84 miliar saham dari total jumlah saham yang beredar.

Direktur Keuangan TINS Fina Eliani mengatakan, absennya perusahaan untuk membagikan dividen itu dikarenakan kinerja emiten pertambangan timah pelat merah sepanjang tahun lalu sangat negatif.

"Mengingat tahun lalu perseroan membukukan kerugian yang cukup besar, Rp449 miliar, oleh karena itu kami memutuskan untuk membagikan dividen," ujar Fina dalam konferensi pers, Rabu (8/5/2024).

Sepanjang 2023, TINS memang mencatatkan kinerja yang lesu. TINS membukukan rugi bersih senilai Rp449,7 miliar. Hal itu berbanding terbalik dengan perolehan tahun sebelumnya yang berhasil mencetak laba bersih senilai Rp1,18 triliun.

Selain itu, total pendapatan juga tercatat mengalami penurunan hingga 32,89% menjadi Rp8,39 triliun dari tahun sebelumnya yang senilai Rp12,5 triliun.

Kinerja tersebut juga bersamaan dengan adanya dugaan kasus korupsi yang turut menyeret perseroan, dengan perkiraan kerugian negara mencapai Rp271 triliun.

(ibn/dhf)

No more pages