Satu hal utama yang dinanti adalah arah suku bunga acuan, terutama di Amerika Serikat (AS). Gubernur Bank Sentral Federal Reserve Boston Susan Collins menyebut bahwa kebijakan moneter yang ditempuh saat ini akan memperlambat laju ekspansi ekonomi. Ini menjadi prasyarat bagi inflasi untuk kembali menuju target 2%.
Akhir pekan lalu, US Bureau of Labor Statistics melaporkan, perekonomian Negeri Adikuasa menciptakan 175.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) sepanjang April. Ini adalah angka terendah dalam 6 bulan terakhir.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar memperkirakan Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat akan menurunkan suku bunga acuan 2 kali tahun ini. Mengutip CME FedWatch, penurunan bisa terjadi pada September dan Desember, masing-masing 25 basis poin (bps).
Penurunan suku bunga akan menjadi sentimen positif bagi emas, yang berstatus sebagai aset tanpa imbal hasil (non-yielding asset).
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih menghuni zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 42,84. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Namun indikator Stochastic RSI sudah berada di 3,23. Sudah jauh di bawah 20, yang berarti tergolong jenuh jual (oversold).
Ke depan, sepertinya harga emas akan bergerak di rentang sempit. Target resisten terdekat ada di kisaran US$ 2.311-2.315/troy ons. Sedangkan target support ada di rentang US$ 2.307-2306/troy ons.
(aji)