Selain faktor tersebut, Perry meyakini pertumbuhan kredit perbankan bisa mencapai 11% pada tahun ini karena para bank dapat melakukan repo SBN ke BI ataupun pasar.
"Sehingga secara keseluruhan kami masih yakin pertumbuhan kredit 10%-11% masih bisa tercapai, yaitu dengan tambahan likuiditas tadi dan bagi bank-bank yang menyalurkan kredit bisa menggunakan SBN-nya untuk repo kepada BI atau repo kepada pasar," ungkap Perry.
Untuk diketahui, pada kesempatan itu Perry juga menyatakan tidak ada keperluan lagi yang dibutuhkan untuk kembali menaikan BI Rate. Menurutnya hal ini dapat terjadi akibat indikator-indikator perekonomian dan gejolak eksternal menunjukan kondisi yang terbilang baik.
"Data-data yang sekarang ada menunjukkan bahwa memang tidak ada lagi keperluan menaikkan BI rate, tapi semuanya data dependent [bergantung pada data]. Dengan data yang sekarang, kami melihat kenaikan BI rate dan SRBI itu cukup untuk memastikan stabilitas nilai tukar dan inflow juga inflasi. Semuanya tetap data dependent, hasilnya tunggu nanti saat RDG [Rapat Dewan Gubernur] bulanan, sabar..," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Jawaban Perry itu ketika ditanya oleh jurnalis terkait lonjakan bunga SRBI di lelang terakhir yang menyentuh 7,48%, berselisih cukup jauh dengan BI rate di 6,25% yang berpotensi memicu perebutan likuiditas lebih tajam dengan Kementerian Keuangan dengan yield tenor pendek SBN yang terkerek naik di 6,82% dalam lelang terakhir.
"Kami selalu berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan agar kebijakan Lapangan Banteng dan Thamrin selalu sejalan," kata Perry.
(azr/lav)