Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot sebelumnya mengatakan sebanyak 2 juta hektare (ha) lahan tebu baru di Merauke, Papua Selatan ditargetkan menghasilkan 2 juta ton gula/tahun mulai 2027 untuk substitusi impor.
Yuliot menjelaskan pembukaan lahan baru tersebut nantinya akan menghadirkan investasi 5 pabrik gula (PG) baru. Namun, dia tidak mendetailkan siapa saja investor PG tersebut; apakah swasta atau badan usaha milik negara (BUMN).
“Kapasitas [produksi] 5 pabrik tersebut sekitar 2 juta gula/tahun. [...] Saat ini Indonesia impor gula sekitar 5 juta ton/tahun. Dengan adanya produksi gula di Merauke, pada 2027 akan bisa menjadi substitusi impor,” ujarnya kepada Bloomberg Technoz.
Untuk tahap pertama, BKPM menyebut pemerintah sudah mendatangkan sekitar 2 juta bibit tebu dari Australia. Bibit tersebut pun diklaim cocok dengan kondisi tanah di Merauke.
“Untuk bibit, diharapkan tingkat rendemen [tebu]-nya 12%—13%, dengan pengembangan bibit dalam negeri dan impor yang merupakan kerja sama dengan Sugar Research Australia,” terang Yuliot.
Pembukaan lahan 2 juta ha lahan tersebut sesuai dengan penugasan yang termaktub di dalam Keputusan Presiden (Keppres) No. 15/2024 tentang Satuan Tugas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.
Yuliot sebelumnya mengatakan kepada Bloomberg Technoz bahwa megaproyek swasembada gula dan bioetanol tersebut membutuhkan investasi sekitar US$8 miliar atau sekitar Rp130 triliun, asumsi kurs saat ini.
(wdh)