Logo Bloomberg Technoz

Tembaga merupakan satu-satunya komoditas logam non-ferrous andalan Indonesia yang diproyeksikan menguat pada tahun ini, dari sisi nilai. 

Goldman Sachs bahkan baru saja menaikkan proyeksi harga mereka terhadap logam tembaga tahun ini menjadi US$12.000/ton, dipicu risiko yang makin nyata akan terjadinya kelangkaan pasokan komoditas tersebut.

Outlook harga tembaga dari Goldman naik US$2.000 atau 20% dari estimasi awal senilai US$10.000/ton.

Goldman Sachs melandasi kenaikan outlook itu pada proyeksi kelangkaan pasokan tembaga yang mulai terjadi pada tahun ini. Segmen konsentrat tembaga dinilai bergerak ke dalam kondisi pasokan yang sangat ketat.

“Solusi pasokan tambang jangka pendek, satu-satunya cara untuk mempertahankan fungsi pasar konsentrat, adalah melalui penjatahan permintaan,” tulis laporan Goldman Sachs dalam laporannya sebagaimana dikutip melalui Forexlive

Pergerakan harga tembaga sampai dengan 7 Mei 2024./dok. Bloomberg


Meskipun pasar logam belum mencerminkan keterbatasan pasok di sisi hulu, Goldman Sachs berpendapat peningkatan ikatan antara pasokan mineral olahan dengan permintaan akhir yang sehat akan mengarah pada jalur defisit yang tidak dapat dihindari pada masa depan.

Perkiraan permintaan pasokan terbaru menunjukkan defisit logam sebesar 454.000 ton pada tahun ini, meningkat dari proyeksi defisit sebelumnya sebesar 428.000 ton.

Proyeksi defisit juga berlanjut sebesar 467.000 ton pada 2025, meningkat dari proyeksi defisit sebelumnya sebesar 413.000 ton.

Mengingat jumlah stok yang terlihat hanya di atas 600.000 ton, potensi pengetatan stok tembaga pada semester II-2024 dinilai masih tetap ada dan akan membawa pasar ke tahap kehabisan pasokan pada kuartal keempat.

“Mengingat defisit yang lebih besar, kami meningkatkan target akhir tahun untuk tembaga menjadi US$12.000/ton dari US$10.000/ton, sekaligus menaikkan perkiraan harga rata-rata setahun penuh menjadi U$9.800/ton, dari sebelumnya US$9.200/ton dan mempertahankan rata-rata U$15.000/ton pada 2025.”

Bijih nikel./Bloomberg-Andrey Rudakov


Nikel

BMI —lengan riset dari Fitch Solutions Company — memproyeksikan rerata harga nikel untuk tahun ini akan bertengger di US$18.000/ton, turun dari perkiraan sebelumnya di level US$20.000/ton.

Nikel terpelanting sepanjang 2023, dengan harga rata-rata tahun lalu turun 15,3% menjadi US$21.688/ton dari US$25.618/ton pada 2022. Kemerosotan itu dipicu oleh pasar yang terlalu jenuh ditambah dengan lesunya permintaan.

“Kami memperkirakan dinamika serupa akan membatasi pertumbuhan harga nikel pada 2024 seiring dengan makin majunya produksi dari produsen utama, China Daratan dan Indonesia,” papar BMI dalam laporan terakhirnya.

Harga nikel rontok./dok. Bloomberg

Pada saat yang sama, papar mereka, prospek ekonomi global yang lemah di negara-negara besar akan menjaga permintaan tetap rendah. Walhasil, peningkatan surplus nikel global kemungkinan besar akan terjadi tahun ini.

“Kami memperkirakan pasar nikel akan tetap mengalami surplus pada 2024, dengan level keseimbangan sekitar 263 kiloton (kt), di tengah peningkatan pasokan yang signifikan dari Indonesia. Sementara itu, prospek ekonomi global yang lemah menimbulkan risiko penurunan permintaan,” kata para periset BMI.

Ingot dicetak dari timah cair di fasilitas pengolahan PT Timah di Mentok, Pulau Bangka./Bloomberg-Dimas Ardian


Timah

BMI —lengan riset dari Fitch Solutions Company — juga menurunkan perkiraan harga timah untuk 2024. Rerata harga timah untuk tahun ini akan bertengger di US$26.000/ton, turun dari perkiraan sebelumnya di level US$28.000/ton

Hal ini disebabkan karena harga tahun ini  dimulai dari basis yang lebih rendah di tengah berita pelonggaran larangan penambangan di Myanmar.

Meskipun penambangan di tambang Man Maw, yang menyumbang hampir seluruh pasokan timah di Myanmar, belum diaktifkan kembali meskipun larangan untuk semua operasi penambangan lainnya telah dicabut mulai 4 Januari, negosiasi masih berlangsung. BMI memperkirakan keputusan akan diambil dalam waktu dekat. 

Dari sisi konsumsi, data penjualan semikonduktor global menunjukkan penurunan permintaan semikonduktor sejak pertengahan2022 telah mencapai titik terendah, dengan penjualan yang terus meningkat sejak Juli 2023. 

Penguatan harga timah./dok. Bloomberg


Seiring dengan meningkatnya permintaan timah dari industri semikonduktor, larangan ekspor timah ingot Indonesia akan terus memastikan pasar timah global tetap ketat dalam beberapa bulan mendatang, dan harga tidak runtuh.

Dalam jangka panjang, harga akan melanjutkan tren kenaikan karena permintaan tetap kuat dan pasar tetap ketat.

(wdh)

No more pages