Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melemah hari ini dengan target koreksi menuju area level Rp16.060/US$ yang merupakan support terdekat sebelum break support psikologis dengan target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp16.100/US$-Rp16.150/US$.
Apabila kembali break support tersebut, berpotensi melemah lanjutan dengan menuju level Rp16.200/US$ sebagai support terkuat. Sebaliknya, bila rupiah menguat, level resistance menarik dicermati pada level Rp16.020/US$ dan selanjutnya Rp16.000/US$. Dalam jangka menengah, rupiah masih memiliki potensi penguatan lanjutan ke level Rp15.950/US$.
Cadangan devisa
Bank Indonesia (BI) dijadwalkan akan mengumumkan posisi cadangan devisa April pada hari ini. Melihat tekanan yang dihadapi oleh rupiah selama April hingga tergerus 2,55%, menjebol level terlemah 4 tahun terakhir di Rp16.260/US$, nilai cadangan devisa Indonesia bulan lalu berpotensi terkuras cukup dalam setelah pada Maret telah anjlok sampai US$3,6 miliar.
Selama periode turbulensi yang menimpa rupiah, BI diduga telah mengguyur pasar sedikitnya sebesar US$250 juta per hari. Namun, sejak BI rate naik pada 24 April lalu, kebutuhan intervensi di pasar spot dan NDF ikut menurun dengan termoderasinya tekanan jual. "Bahkan sempat ada "inversion" di forward curve di mana rate rupiah di NDF Singapura lebih kuat dibandingkan rate spot di Jakarta," kata Head of Equity Research Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro.
Selain itu, terjadi penarikan dollar AS dari instrumen FX swaps yang juga menambah cadangan devisa BI. Dana asing juga kembali masuk di pasar SBN ketika yield SBN 10Y melesat di atas 7%. Dengan lanskap itu, "Perhitungan kami, nilai cadev pada April akan turun ke kisaran US$137 miliar hingga US$139 miliar," kata Satria.
Posisi cadev Maret sudah tergerus ke US$140,4 miliar. Bila prediksi itu tepat, maka selama April, penurunan cadev berkisar US$1,4 miliar hingga US$3,4 miliar, lebih rendah ketimbang Maret yang terkuras hingga US$3,6 miliar.
(rui)