Saat masuk ke bursa domestik, investor asing menjadikan saham berkapitalisasi besar (big cap) sebagai pilihan utama. Saat keluar, saham ini pula yang paling pertama dijual.
Itu juga tercermin dari saham paling banyak dilanda net sell asing selama 20 hari perdagangan terakhir.
- BBRI, net sell Rp10,5 triliun
- TLKM, net sell Rp3,8 triliun
- BMRI, net sell Rp2,6 triliun
- BBCA, net sell Rp1,8 triliun
- BBNI, net sell Rp1,2 triliun
- ASII, net sell Rp804,4 miliar
- ISAT, net sell Rp238,2 miliar
- AMMN, net sell Rp225,1 miliar
- UNTR, net sell Rp201,3 miliar
- KLBF, net sell Rp173,6 miliar
Analis Algo Research, Alvin Baramuli menjelaskan, perbedaan sikap antara investor domestik dan asing menjadi salah satu jawaban mengapa kondisi tersebut terjadi.
"Berdasarkan pembicaraan kami dengan para investor, investor institusi domestik memiliki uang tunai dan menunggu untuk kembali masuk ke perbankan untuk mengisi posisi underweight mereka," ujar Alvin.
"Perlu diketahui, terkadang investor institusi lokal tidak membeli suatu saham karena mereka percaya fundamental, namun hanya untuk melakukan benchmark pada portofolio sehingga return tidak menyimpang terlalu jauh. Hal ini berlaku untuk saham-saham berkapitalisasi besar, terutama bank-bank besar."
Berbeda dengan investor institusi asing yang faktor fundamental menjadi salah satu faktor penting. Ini mengapa net sell asing didominasi oleh saham sektor bank. Terlebih, hasil kinerja empat bank besar kuartal I-2024 berada di bawah konsensus.
Analis Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dan Evelyn Paramita juga tidak menampik, penurunan kualitas asset empat bank besar, termasuk BBRI, tengah menjadi isu fundamental yang saat ini menjadi perhatian investor asing.
Banyak faktor yang memicunya, mulai dari sentiman domestik hingga luar negeri. Yang terang, sentimen-sentimen ini masih membuka peluang tekanan jual saham bank tersebut setidaknya untuk jangka pendek.
Jika tekanan jual terus berlanjut, efeknya bisa panjang. Pasalnya, saham empat bank besar banyak dimiliki oleh investor asing yang juga belakangan tampak tengah meninggalkan saham keempatnya.
"Kepemilikan mereka juga besar. Sehingga, bukan hanya menekan IHSG, tapi arus keluar modal asing juga dapat memberikan tekanan pada neraca pembayaran yang pada akhirnya membuat rupiah melemah," seperti dikutip dari riset Bahana, Selasa (7/5/2024).
Meski demikian, kedua analis Bahana itu melihat, penurunan kualitas asset bank hanya bersifat sementara. Sehingga, keduanya masih memasang sikap bullish untuk keempat saham bank tersebut.
Berikut rekomendasi dari Bahana Sekuritas.
- BBRI Buy, target harga Rp6.770/saham
- BMRI Buy, target harga Rp7.940/saham
- BBNI Buy, target harga Rp5.825/saham
- BBCA Buy, target harga Rp11.220/saham
Menjadi Pehatian OJK
Perginya investor asing juga turut menjadi perhatian Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar sebelumnya menjelaskan, nilai kapitalisasi pasar atau market cap IHSG masih tumbuh 0,15% sejak awal tahun menjadi Rp1.169 triliun.
"Namun demikian, OJK mencermati pengaruh dan ketidakpastian di pasar keuangan global terhadap kinerja pasar modal domestik," ujar Mahendra, Jumat (3/5/2024).
"Terutama, terhadap aksi jual investor asing sejak awal tahun sampai 26 April mengakibatkan akumulasi pembelian saham oleh investor asing turun sehingga tercatat net buy sebesar Rp7,62 triliun."
Meski demikian, Mahendra menilai konfisi bursa saham domestik masih solid. Ini tercermin dari nilai penawaran umum yang mencapai Rp48,04 triliun, termasuk dari 15 emiten baru.
(red)