Namun, Wafid memastikan hingga saat ini belum ada badan usaha yang melakukan konsultasi kepada Badan Geologi untuk berinvestasi terhadap eksplorasi LTJ di Mamuju. “Untuk LTJ belum, secara institusi belum ada badan usaha yang mencoba serius ya ke arah sana.”
Adapun, Wafid sebelumnya pernah menyinggung hasil survei Badan Geologi pada 2021 yang menemukan bahwa Mamuju memiliki kadar LTJ 747-4.571 part per-million (ppm) dengan tipe endapan lateritik atau Ion-Adsorption dari mineral pembawa apatit dan titanit.
Kemudian, pada hasil survei 2022, terdapat kadar LTJ 1.500-6.021 ppm dengan total sumber daya 85.441,26 ton, dengan tipe endapan lateritik atau Ion-Adsorption dari mineral pembawa apatit dan titanit. Eksplorasi dilakukan dengan sistem gride sebanyak 12 titik bor di kedalaman kurang lebih 650 meter.
Wafid juga tak menampik akan memberikan rekomendasi wilayah lain untuk diusulkan sebagai WIUP LTJ selanjutnya.
"Ke depan, akan lebih banyak lagi rekomendasi yang kami hasilkan untuk mengusulkan WIUP LTJ di Indonesia,” ujar dia dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (19/1/2023).
Hal itu, kata Wafid, sejalan dengan upaya Badan Geologi yang belakangan telah melakukan beribagai kegiatan eksplorasi sumber daya energi fosil, mineral, hingga panas bumi, sejalan dengan dukungannya terhadap transisi energi dan peningkatan investasi di Tanah Air.
Adapun, catatan Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan (BBSPGL) Badan Geologi Kementerian ESDM, Pemetaan mineral LTJ tercatat baru mencakup 10% dari potensi sumber daya yang dimiliki Indonesia.
Dalam catatan itu, pemerintah baru mensurvei dan memetakan 1.820 sampel dari 12 komoditas LTJ di 30 lokasi perairan.
(dov/wdh)