Berikutnya, dia memaparkan bahwa saat ini terjadi normalisasi harga komoditas seperti batu bara dan minyak kelapa sawit, yang sempat melambung tinggi pada tahun lalu. Akibat dari penurunan harga komoditas, dia memprediksi akan terjadi penurunan terhadap kredit korporasi terutama yang terkait komoditas.
Meski demikian, Bank Mandiri melihat ada sejumlah peluang pembiayaan yang didorong oleh kebijakan hilirisasi komoditas. Terakhir, Darmawan melihat pada tahun ini perbankan akan gencar mengintegrasikan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG) dalam pengembangan bisnis dan operasional bank.
Secara industri, Bank Indonesia dan OJK memproyeksi pertumbuhan kredit pada tahun ini akan berada di kisaran 10-12% dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 7-9%. Sehingga rasio intermediasi (loan to deposits ratio/LDR) di kisaran 81%.
Pada kesempatan yang sama Darmwan mengatakan saat ini pertumbuhan ekonomi masih dalam trajektori positif. Dengan fundamental yang kuat, Indonesia menjadi salah satu titik terang di tengah perlambatan ekonomi global.
"Kami optimis ekonomi Indonesia tumbuh di atas 5%, di tengah risiko stagflasi global dengan kinerja industri perbankan yang diproyeksikan tetap baik," jelas dia.
Darmawan pun mengapresiasi kebijakan ekonomi pemerintah yang mampu menjaga ekonomi nasional tumbuh 5,31% di tengah ketidakpastian ekonomi global. "Pencapaian ini ditopang oleh bauran kebijakan yang efektif, selain itu kita juga melihat pemerintah cukup memberikan apresiasi terhadap semua investasi yang telah dilakukan dan kebijakan yang tepat dalam meredam risiko pandemi yang lalu," ujarnya.
(roy/hps)