Pelemahan permintaan pasar dalam negeri serta tekanan bahan baku industri, ditambah maraknya impor ilegal, menurut Firman kian membuat kinerja industri alas kaki Tanah Air sulit pulih seperti layaknya periode prapandemi.
"Permintaan pasar dalam negeri pada Lebaran 2024 mengalami penurunan hingga 20% dibandingkan dengan Lebaran 2023," kata Firman.
Sebelumnya, bahkan, Aprisindo melaporkan perlambatan ekspor dialami oleh industri alas kaki sejak Juli 2022. Sejak Juli 2022 hingga April 2023, data ekspor perusahaan anggota Aprisindo hanya tumbuh dengan rerata rata 29%, padahal sebelumnya pertumbuhan ekspor mencapai 30%-45%.
Untukk itu, sambung Firman, dalam rangka memulihkan kembali kinerja industri alas kaki, pengusaha mengharapkan kemudahan bahan baku pembuatannya.
"Penguatan pasar dalam negeri juga harus diikuti perbaikan pada faktor input. Salah satu yang paling besar pengaruhnya adalah kemudahan untuk mendapat bahan baku."
Kondisi 'Baik'
Di tempat terpisah, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Juru Bicaranya Febri Hendri Antoni Arif justru menilai bahwa industri alas kaki dalam kondisi yang baik terutama setelah pemerintah menerapkan kebijakan lartas untuk produk alas kaki.
"Industri alas kaki bagus ya, kan kita juga sudah ada lartas produk alas kaki. Kita berharap bahwa industri alas kaki bisa lari kencang setelah ini, setelah ada pemberlakuan lartas," ujar Febri di kantor Kemenperin, Senin (6/5/2024).
Febri menilai kebijakan lartas justru akan memberikan peluang bagi industri alas kaki, karena berarti pasar Tanah Air akan kembali diisii oleh produk dalam negeri.
"Kan kalau pemberlakuan lartas artinya kan impor mulai agak dibatasi. Jadi kan itu artinya peluang pasar dalam negeri bisa diisi oleh produk alas kaki industri dalam negeri," jelasnya.
"Semoga kebijakan lartas terutama untuk alas kaki ini bisa dimanfaatkan oleh industri alas kaki nasional untuk mulai membangun pabriknya di Indonesia," tutur Febri.
(prc/wdh)