Prospek pelonggaran kebijakan The Fed menambah dorongan bagi harga tembaga karena para investor memperkirakan kenaikan lebih lanjut lantaran pertambangan di dunia kesulitan untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Goldman juga menaikkan proyeksi harga tembaga hingga akhir tahun menjadi US$12.000 per ton, dari sebelumnya US$10.000.
“Kami terus memperkirakan pergeseran menuju defisit logam yang terbuka dan meningkat mulai 2024 dan seterusnya,” tulis analis Goldman, termasuk Nicholas Snowdon dalam sebuah catatan. Ada potensi terjadinya “episode kehabisan stok” – di mana persediaan sangat rendah – pada kuartal keempat, kata mereka.
Di AS, pasar swap kini menunjukkan peluang penurunan suku bunga The Fed sebesar 53% pada akhir tahun, naik dari sekitar 40% pada akhir April. Di China, pasar keuangan telah kembali dari libur umum awal Mei dengan suasana bullish seiring dengan janji pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan.
Tekanan Pasokan
Harga tembaga telah naik 17% sepanjang tahun berjalan, di tengah tanda-tanda pemulihan aktivitas pabrik global, serta terbatasnya pasokan – terutama untuk bahan mentah yang dikirim ke pabrik peleburan.
Namun, mereka yang skeptis menunjukkan indikator lemah di China, mulai dari penurunan premi impor hingga pembeli yang menunda pembelian.
Kenaikan harga logam ini terutama didorong oleh spekulasi, dan mungkin memudar karena tingginya harga yang menghambat konsumsi dan memacu substitusi aluminium, kata Duan Shaopu, direktur Asosiasi Industri Logam Nonferrous China, pada konferensi pers baru-baru ini, menurut naskah yang diunggah di grup tersebut di akun WeChat.
Harga tembaga naik 1,4% menjadi US$10.043.50 per ton di London Metal Exchange (LME) pada pukul 13:26 di Shanghai. Sementara itu, aluminium, timah dan seng juga naik lebih dari 1%. Bijih besi berjangka di Singapura turun 1,2% menjadi US$118,15 per ton.
(bbn)