Pratish Narayanan - Bloomberg News
Bloomberg, Sejumlah demonstran pro-Palestina dihalangi oleh polisi agar tidak mendekati Met Gala, acara tahunan paling eksklusif dalam kalender gemerlap kota New York.
Para demonstran sedang menuju ke lokasi acara--Metropolitan Museum of Art--di 5th Avenue dan sekitar 80th Street di Upper East Side ketika mereka dicegat oleh NYPD, menurut video di media sosial dan laporan televisi. Sekelompok orang mencoba menghindari polisi dengan melewati Central Park, tapi dihadang oleh barikade dan ancaman penangkapan.
Para demonstran meneriakkan yel-yel dan menuntut agar berbagai institusi memutuskan hubungan keuangan mereka dan melepaskan diri dari Israel, menggemakan para pengunjuk rasa yang mendirikan perkemahan di berbagai universitas di seluruh Amerika Serikat selama dua minggu terakhir. Selain itu, mereka juga menyerukan gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas di Gaza, demikian laporan NBC News.
Met Gala--magnet bagi para miliarder, selebriti, desainer, dan berbagai anggota masyarakat kelas atas lainnya--terkenal eksklusif dan menjadi lambang kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan Amerika. Para hadirin harus rela merogoh kocek sebesar US$75.000 per orang untuk mendapatkan hak istimewa untuk mendapatkan tiket. Tahun ini, para tamu yang hadir antara lain Jeff Bezos, Steve Schwarzman, Kim Kardashian, Serena Williams, dan Matt Damon.
Namun, meski Met Gala biasanya ditandai dengan kemewahan dan kemegahan, acara ini juga sering menjadi sasaran protes untuk tujuan-tujuan sosial.
Bahkan, beberapa peserta yang hadir membuat pernyataan dengan kehadiran mereka di acara tersebut. Pada tahun 2021, anggota kongres dari Partai Demokrat yang progresif, Alexandria Ocasio-Cortez, tiba di Met Gala dengan mengenakan gaun bertuliskan "TAX THE RICH" di bagian belakang.
Acara tahun ini berlangsung dengan latar belakang konflik di Timur Tengah dan gerakan protes yang mengguncang kampus-kampus di Amerika sejak pertengahan April. Kampus-kampus dari Pantai Timur hingga California dan Texas menindak tegas setelah berminggu-minggu demonstrasi yang meningkat terkait perang Israel-Hamas.
Universitas Columbia di New York pada Senin mengatakan bahwa mereka membatalkan upacara wisuda pada 15 Mei. Universitas tersebut telah memerintahkan penggerebekan polisi pekan lalu di mana lebih dari 100 pengunjuk rasa pro-Palestina ditangkap, termasuk puluhan orang yang telah menduduki gedung kampus.
Juga pada Senin, kelompok militan Palestina Hamas dan Israel gagal menyepakati sebuah kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza. Hal ini memupuskan harapan untuk segera menghentikan pertempuran di daerah kantong tersebut.
Hamas--yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS--masih menyandera para sandera setelah menewaskan lebih dari 1.200 orang dalam sebuah serangan ke Israel pada 7 Oktober. Serangan balasan Israel terhadap kelompok ini telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina, termasuk warga sipil, di Gaza.
(bbn)