Logo Bloomberg Technoz

Kedua, pertumbuhan ekonomi dunia. Saat ini, pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan masih melemah yang pada akhirnya memengaruhi permintaan dan daya beli.

“Hal itu yang kita takuti. Di lain sisi, kalau permintaan kuat, itu harga [minyak] akan naik. Ini dua sisi yang harus dijaga keseimbangannya,” ujar Arifin. 

Antisipasi RI 

Menurut Arifin, Indonesia memiliki antisipasi dalam menghadapi tak menentunya pergerakan harga minyak dunia, yang terdiri dari rencana jangka pendek dan jangka panjang.

Dalam jangka pendek, Indonesia bakal melakukan efisiensi minyak. Adapun, kebutuhan konsumsi minyak setiap hari mencapai 1,2 juta barel minyak per hari atau barrel oil per day (BOPD). Sementara itu, produksi siap jual atau lifting minyak dalam APBN 2024 hanya dipatok 635.000 BOPD.

Dengan demikian, Indonesia praktis membutuhkan impor BBM sekitar 600.000 BOPD untuk memenuhi permintaan konsumsi dalam negeri.

Pertamina Hulu Energi. (Dok. Pertamina Hulu Energi)


Arifin tidak menjelaskan dengan lengkap ihwal langkah efisiensi yang bakal diambil Indonesia. Namun, belakangan, Arifin sempat menyinggung soal kriteria kendaraan yang boleh menggunakan bahan bakar minyak (BBM) dalam revisi Peraturan Presiden (Perpres) No. 191/2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. 

Revisi perpers —yang akan mengatur kriteria kendaraan yang boleh menggunakan BBM Pertamina jenis Solar dan Pertalite — tersebut bakal rampung pada kuartal II-2024.

Nantinya, terdapat kategori kendaraan yang bakal diatur untuk mengakses bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar. Sebagai gambarannya, pemerintah bakal membatasi pembelian Solar hanya untuk kendaraan yang mengangkut bahan pangan, bahan pokok dan angkutan umum.

Sementara itu, dalam jangka panjang, Indonesia juga bakal melakukan eksplorasi untuk menambah kapasitas produksi minyak Indonesia.

“Kalau eksplorasi produksi baru butuh waktu ya. Butuh waktu yang panjang. Itu yang jangka panjangnya, yang kita harus masif eksplorasi,” tuturnya.

Minyak Hari Ini

Minyak dunia per Selasa (7/5/2024) menguat untuk hari kedua di tengah ketegangan di Timur Tengah, dengan penolakan Israel terhadap proposal gencatan senjata di Jalur Gaza, dan sentimen risk-on yang membantu mengangkat pasar keuangan yang lebih luas.

Patokan global Brent mulai mendekati US$84/barel setelah naik 0,5% pada Senin (6/5/2024), sementara West Texas Intermediate (WTI) mendekati US$79/barel.

Kabinet perang Israel dengan suara bulat menolak proposal gencatan senjata yang disetujui Hamas. Negara Yahudi itu telah berjanji untuk melanjutkan operasi militer di Rafah, sebuah kota besar di Gaza.

Kenaikan harga minyak mentah terjadi karena saham-saham Asia terdongkrak lebih tinggi pada Selasa di tengah optimisme Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga tahun ini. Biaya pinjaman AS yang lebih rendah seharusnya menjadi nilai tambah bagi permintaan energi negara tersebut.

Pergerakan harga minyak dunia sampai dengan Selasa (7/5/2024)./dok. Bloomberg

Minyak kembali menguat setelah mencatat penurunan mingguan terburuk sejak Februari. Harga tetap lebih tinggi hingga saat ini karena pengurangan produksi OPEC+ telah memperketat pasar. Meskipun OPEC+ diperkirakan menjaga pasokan tetap terbatas, prospek permintaan masih suram, dengan adanya tanda-tanda pelemahan bahan bakar diesel.

“Geopolitik kembali menjadi pendorong bagi para pedagang minyak mentah setelah penurunan pekan lalu,” kata Charu Chanana, analis di Saxo Capital Markets Pte di Singapura kepada Bloomberg. “Prospek permintaan tetap didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, dan fokus hari ini adalah pada laporan prospek EIA.”

Badan Informasi Energi (EIA) akan merilis Prospek Energi Jangka Pendek pada Selasa, menawarkan petunjuk mengenai prospek pasar, termasuk laju pertumbuhan pasokan AS.

Komentar tambahan mungkin datang dari raksasa minyak BP Plc dan Saudi Arabian Oil Co., yang dikenal sebagai Aramco, ketika mereka menerbitkan laporan pendapatannya.

Harga minyak dunia hari ini:

  • Brent untuk penyelesaian Juli naik 0,2% menjadi US$83,49/barel pada pukul 9:47 pagi di Singapura.
  • WTI untuk pengiriman Juni naik 0,3% menjadi US$78,69 per barel.

(dov/wdh)

No more pages