Presiden The Fed Bank of Richmond, Thomas Barkin, mengatakan, ia memperkirakan suku bunga yang tinggi akan memperlambat ekonomi lebih lanjut dan mendinginkan inflasi ke target 2%.
"Saya masih memiliki beban terhadap inflasi, dan saya rasa Anda dapat melakukan hal tersebut ketika pasar pekerjaan tampak kuat seperti yang telah terjadi selama ini," katanya kepada wartawan.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Ia yakin tingkat suku bunga saat ini cukup tinggi untuk pada akhirnya membawa inflasi kembali ke target The Fed.
"Saya tentu saja berharap," terangnya, seraya menambahkan bahwa perkiraan tingkat suku bunga telah di puncaknya.
Rekannya di New York, John Williams, mengatakan bahwa pada akhirnya akan ada penurunan suku bunga–namun keputusan mengenai kapannya akan bergantung pada keseluruhan data.
"Pada akhirnya kita akan mengalami pemangkasan suku bunga acuan" tetapi untuk saat ini kebijakan moneter berada di "Tempat yang sangat baik," kata Williams dalam komentarnya di California.
Adam Turnquist di LPL Financial mengatakan bahwa pasar saham tetap kuat dan momentumnya juga membaik.
"Bulls akan berusaha mempertahankan momentum mereka setelah merebut minggu lalu dari rahang beruang," menurut Chris Larkin di E*Trade dari Morgan Stanley.
"Minggu ini akan diwarnai dengan data ekonomi penting, namun akan diwarnai dengan anggota-anggota The Fed yang akan berpidato. Para trader akan mencermati setiap komentar yang mereka sampaikan tentang potensi penurunan suku bunga,” lanjutnya.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, sentimen pasar didorong oleh bangkitnya kembali ekspektasi bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kemungkinan besar akan melonggarkan kebijakan moneter melalui pemangkasan suku bunga tahun ini.
“Data Non-Farm Payrolls (NFP) menunjukkan bahwa ekonomi AS menambah 175.000 pekerja bulan lalu, turun tajam dari penambahan 315.000 di Maret dan lebih rendah dari ekspektasi pasar yang bertambah 233.000. Selain itu, rata-rata upah per jam (Average Hourly Earnings), salah satu faktor pendorong kenaikan inflasi, bertambah 0,2% mtm, juga di bawah ekspektasi pertumbuhan 0,3% mtm,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Data NFP ini memberi indikasi bahwa kenaikan suku bunga acuan secara agresif oleh Federal Reserve mungkin akhirnya mulai membebani pertumbuhan ekonomi. Data NFP ini diharapkan dapat meyakinkan Federal Reserve bahwa laju inflasi akan terus melambat sehingga memberi ruang bagi Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal I-2024 berhasil tumbuh di atas 5%.
Ekonomi Tanah Air berhasil menguat lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya, serta lebih optimistis dari ekspektasi pasar.
Pada Senin, BPS memaparkan, Produk Domestik Bruto indonesia tumbuh mencapai 5,11% pada Kuartal I-2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Lebih tinggi dibandingkan Kuartal IV-2023 sebelumnya yang tumbuh 5,04% yoy. Juga menjadi capaian tertinggi sejak Kuartal II-2023 kemarin.
Adapun Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5,09% yoy pada kuartal I-2024.
Dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq), PDB Indonesia tumbuh -0,83%.
Aktivitas bisnis global pada Kuartal I-2024, lanjut Amalia, berada di zona ekspansi. Di sepanjang Kuartal I, Indonesia masih menjaga surplus Neraca Perdagangan sehingga memperpanjang periode surplus menjadi 47 bulan berturut-turut.
Dari sisi pengeluaran, pada Kuartal I-2024 seluruh komponen tumbuh positif. Terutama Konsumsi Rumah Tangga, tumbuh 4,91%. Kontribusinya terhadap pembentukan PDB mencapai 54,93%. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga pun impresif, mencapai 4,91%. Ini menjadi yang tertinggi sejak kuartal I-2019.
Komponen yang juga tumbuh tinggi adalah Konsumsi Pemerintah. Pada Kuartal I-2024, Konsumsi Pemerintah tumbuh 19,9%. Tertinggi sejak 2006. Tercatat pada Kuartal II-2006 kala itu tumbuh 28,77%
Dari sisi lapangan usaha, seluruh sektor usaha juga berhasil tumbuh positif, kecuali sektor pertanian. Berdasarkan data BPS, lapangan usaha utama yang memberikan kontribusi besar terhadap PDB antara lain adalah industri pengolahan, perdagangan, pertanian, konstruksi dan pertambangan. Adapun kelima lapangan usaha mencakup 63,61% dari total PDB.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,02% ke 7.135 dan masih didominasi oleh volume pembelian, namun penguatan IHSG masih tertahan MA-20.
“Selama masih mampu berada di atas 7.026 sebagai support-nya, maka posisi IHSG diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave [c] dari wave B, sehingga IHSG masih berpeluang untuk menguji area 7.289,” papar Herditya dalam risetnya pada Selasa (7/5/2024).
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ANTM, ASSA, CTRA, dan PNLF.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG berpotensi kembali fluktuatif, dengan tetap bertahan di atas level potensial 7.100.
“Secara teknikal, IHSG diperkirakan melanjutkan fase konsolidasi di atas critical pivot 7.100. Selain pertimbangan teknikal, sikap konservatif jelang long weekend diyakini turut menahan potensi penguatan IHSG. Sentimen positif utama berasal dari realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5.11% yoy di 1Q24, lebih tinggi dari perkiraan di 5% yoy,” tulisnya.
Data realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia turut menopang berlanjutnya penguatan nilai tukar Rupiah. Nilai tukar Rupiah menguat 0,37% ke Rp16.020/US$ di Senin sore (6/5).
Dari eksternal, CME FedWatch Tools kembali mencatat kenaikan peluang pemangkasan sukubunga acuan the Fed di September 2024 ke 49,9% (vs peluang ditahan sebesar 29,1%). Kondisi sektor tenaga kerja di AS yang memburuk menjadi salah satu pemicunya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi pada saham BRIS, PGEO, INCO, CPIN, MDKA, dan TKIM.
(fad)