“Sebagian besar tetangga saya dan banyak orang di lingkungan saya menerima telepon ini,” kata Kareem Jouda, yang berlindung di Rafah timur, kepada Bloomberg. “Kami belum tahu apa yang harus kami lakukan.”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berbulan-bulan mengatakan bahwa warga di Rafah akan dipindahkan sebelum ada serangan. Ada sekitar 1,4 juta orang di kota itu, yang sebagian besar mengungsi dari sana pasca pecahnya perang Israel-Hamas pada bulan Oktober.
Belum diketahui pasti berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi sebagian besar warga sipil untuk pergi, namuan pejabat Israel secara pribadi mengakui bahwa hal itu bisa memakan waktu berminggu-minggu.
Sekutu Israel, Amerika Serikat (AS) telah menyatakan keraguan bahwa hal itu dapat dilakukan dengan aman.
Sebagian besar negara Arab dan banyak negara Eropa mengatakan bahwa Israel seharusnya tidak menyerang Rafah, karena khawatir hal itu akan menyebabkan jatuhnya banyak korban.
Untuk diketahui, tentara Israel segera mewujudkan rencana serangan di kota Rafah, Gaza dan meminta. Juru Bicara Israel menyatakan bahwa tentaranya, “akan bertindak dengan kekuatan ekstrim terhadap kelompok di wilayah tempat tinggal Anda,” kata seorang juru bicara pada Senin pagi.
Ia bilang sisi utara Gaza menjadi wilayah “kemanusiaan yang diperluas”, tepatnya di dekat Khan Younis. Rencana serangan usai kebuntuan negosiasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Kairo pada akhir pekan lalu.
Kelompok yang berseteru dengan Israel berpandangan bahwa gencatan senjata harus bersifat permanen.
(bbn)