Dalam kesempatan itu, ia juga mengungkapkan beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi perekonomian Indonesia. Pertama, kondisi suku bunga dunia yang masih tetap tinggi dapat mempengaruhi iklim usaha dalam negeri.
Menurutnya, sektor usaha dalam negeri sangat memperhatikan kebijakan suku bunga global. Maka itu, saat suku bunga dunia meningkat, ia mengklaim pemerintah akan hadir untuk membantu sektor-sektor terdampak.
“Beberapa saat lalu, Bank Indonesia (BI) juga menangani kondisi sekarang dengan kebijakan suku bunga,” katanya.
Kedua, harga komoditas terutama minyak dunia juga menjadi aspek penting dalam perekonomian RI. Sebab, banyak kabupaten/kota di Indonesia merupakan penghasil minyak bumi dan beberapa diantaranya turut bersaing di pasar global.
“Bagi pemerintah pusat yang penting adalah harga minyak dunia, karena ini menentukan berapa besar pos pengeluaran APBN karena menentukan subsidi dan kompensasi energi dan non energi termasuk pupuk dan lainnya,” ungkap Wamenkeu.
Terakhir, nilai tukar juga menjadi aspek penting dalam perekonomian RI. Seperti diketahui, nilai tukar rupiah sempat berada di atas Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Ia menyebut, akhir-akhir ini nilai tukar sedang menjadi perhatian otoritas terkait yakni BI.
“Secara khusus, APBN terus memperhatikan kondisi yang berlangsung, dan kami secara rutin, melaporkan bagaimana APBN terlaksana,” pungkasnya.
(azr/lav)