Kapasitas Produksi
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukkan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi sebelumnya mengatakan kebutuhan bahan baku (feed stock) dari bioetanol dengan bauran 5% (E5) mencapai 2 juta kiloliter (kl). Sementara itu, kapasitas produksi bioetanol di Indonesia baru mencapai 400.000 kl.
Eniya mengatakan Indonesia sebenarnya sudah memiliki 11 industri yang memproduksi bioetanol, tetapi yang bergerak baru 2 industri dengan kapasitas produksi 30%.
“Kapasitas kita dari 2 perusahaan tadi itu baru sekitar 400.000 kl, untuk 2 juta kl perlu lima kali [lipat kapasitasnya] kan?,” ujar Eniya saat ditemui di Jakarta Selatan, Jumat (3/5/2024).
Kendati demikian, Presiden Joko Widodo baru-baru ini membentuk Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.
Adapun, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengonfirmasi Satgas tersebut memang bertujuan untuk menyiapkan bahan baku biofuel pengganti Pertalite atau Pertamax yang bakal mulai digunakan pada 2027.
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Yuliot mengatakan kepada Bloomberg Technoz bahwa total nilai investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan 2 juta hektare (ha) lahan tebu di Merauke, Papua Selatan hampir mencapai US$8 miliar atau setara Rp130 triliun (asumsi kurs Rp16.252,15).
Dalam proyek tersebut, bakal terdapat 5 konsorsium yang terlibat untuk mengembangkan 5 pabrik gula, lahan pabrik gula, sekaligus produksi bioetanol, kebun, dan pembangkit listrik dengan kapasitas 120 megawatt (120 MW).
Yuliot mengatakan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia tengah melakukan konsolidasi terhadap konsorsium yang berasal dari dalam negeri tersebut.
“Penyediaan bioetanol yang berasal dari fermentasi tetes [tebu/molasses] digunakan untuk pengganti Pertamax atau Pertalite. [Bioetanol pengganti Pertalite atau Pertamax bisa digunakan] sesuai dengan rencana produksi di Merauke pada 2027,” ujar Yuliot.
Cocok untuk Semua Bensin
Selanjutnya, Dadan mengatakan, etanol dapat dicampurkan kepada seluruh jenis bensin, baik itu Pertalite maupun Pertamax. Penerapan bioetanol sudah dilakukan di banyak negara, sehingga ESDM tidak melihat adanya kendala dari sisi teknik.
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengonfirmasi pemerintah tengah melakukan perhitungan untuk memberikan subsidi kepada bahan bakar bioetanol.
Dia tidak menjelaskan dengan gamblang apakah bioetanol bakal digunakan untuk mengganti bahan bakar minyak (BBM) Pertalite atau Pertamax. Luhut mengatakan peralihan dari Pertalite ke bioetanol menjadi target pemerintah untuk menyelesaikan masalah polusi udara.
“Nanti kita lihat dahulu [untuk pengganti Pertalite atau Pertamax]. Harus ke sana larinya [etanol dicampur dengan Pertalite]. Ya, tetap kita subsidi [BBM bioetanol], lagi kita hitung supaya targetnya yang kita subsidi adalah orang yang pantas disubsidi,” ujar Luhut saat ditemui di Jakarta Selatan, Jumat (3/5/2024).
(dov/wdh)