“Kami melihat fase yang lebih bernuansa mengendalikan inflasi ke depan: perjuangan berkurang tetapi tetap tidak ada penurunan suku bunga.”
Pandangan BlackRock ini bertentangan dengan TD Securities dan DoubleLine Capital LP, yang menyatakan The Fed telah keliru dengan terus menaikkan suku bunga seiring meningkatnya risiko resesi.
Runtuhnya beberapa bank di AS dan Credit Suisse Group AG bulan ini mendorong perlunya pemikiran ulang soal prospek kebijakan moneter global, sekaligus memicu perubahan terbesar dalam imbal hasil obligasi dalam satu dekade lebih.
Imbal hasil obligasi AS bertenor 2 tahun, yang merupakan salah satu instrumen paling sensitif pada perubahan kebijakan bank sentral melonjak pada Senin (27/03/2023) dari level terendahnya pada tahun ini menyusul pulihnya gangguan di sektor perbankan.
Di saat investor kembali menerka prospek prospek kenaikan suku bunga The Fed seperempat poin di bulan Mei, mereka juga menebak bahwa pasar belum pulih sepenuhnya dan mungkin ada pelonggaran sekitar 75 basis poin pada akhir tahun.
Imbal hasil obligasi AS tenor 2 tahun kembali jatuh 6 basis poin ke 3,93% di Asia pada Selasa.
Data-data ekonomi terbaru memberikan kepercayaan BlackRock terhadap pandangan bahwa The Fed mungkin meremehkan bagaimana inflasi terus terjadi yang terbukti dengan ketatnya pasar tenaga kerja.
Inflasi tinggi di AS naik pada Februari, di saat riset dari The Fed New York menemukan bahwa inflasi tampaknya akan bertahan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.
“Kami kira The Fed dapat hanya dapat menurunkan suku bunga sesuai tebakan pasar jika krisis perkreditan yang lebih serius terjadi dan menyebabkan resesi yang lebih dalam dari yang kami perkirakan,” kata para pakar strategis BlackRock.
Firma tersebut pun menuliskan bahwa mereka mempertahankan posisi underweight untuk ekuitas pasar negara maju untuk mencerminkan pandangan pasar mereka.
(bbn)