Logo Bloomberg Technoz

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berbulan-bulan mengatakan bahwa warga sipil di Rafah akan dipindahkan sebelum ada serangan. Ada sekitar 1,4 juta orang di kota itu, sebagian besar mengungsi setelah pecahnya perang Israel-Hamas pada Oktober lalu.

Tidak jelas berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi sebagian besar warga sipil untuk pergi. Para pejabat Israel secara pribadi mengakui bahwa hal itu bisa memakan waktu berminggu-minggu, sementara Amerika Serikat telah menyatakan keraguannya bahwa hal itu dapat dilakukan dengan aman.

Sebagian besar negara Arab dan banyak negara Eropa mengatakan bahwa Israel seharusnya tidak menyerang Rafah karena khawatir hal itu akan menyebabkan jatuhnya banyak korban.

Banyak warga sipil yang memilih untuk tetap tinggal di Rafah jika mereka tidak yakin dengan kondisi yang akan mereka tuju--Khan Younis, beberapa mil dari Rafah, sebagian besar telah dihancurkan sejak perang dimulai pada 7 Oktober. Hamas, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, mungkin juga akan menghalangi sebagian dari mereka untuk pergi.

Israel mengatakan bahwa Rafah adalah benteng terakhir Hamas, dengan sekitar 5.000 hingga 8.000 pejuang dan pemimpin seniornya bersarang di kota itu, serta banyak sandera Israel.

Perang meletus ketika Hamas menyerang Israel selatan dari Gaza, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang. Pengeboman dan serangan darat Israel ke wilayah Palestina telah menewaskan hampir 35.000 orang, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

(bbn)

No more pages