Bahkan, sejak lima tahun yang lalu, dari kisaran harga Rp600/saham kala itu, saham Sepatu Bata sudah drop hingga 86,45%.
Tren turun saham BATA terjadi usai Sepatu Bata resmi menutup pabriknya yang berada di kawasan Purwakarta, Jawa Barat, imbas dari sulit pulihnya permintaan pasar dan penjualan setelah diterpa badai selama pandemi Covid-19.
Hal ini berdasarkan informasi yang disampaikan manajemen dalam keterbukaan informasi terbaru di Bursa Efek Indonesia.
"Keputusan untuk menghentikan aktivitas Pabrik PT Sepatu Bata Tbk yang berada di Purwakarta," mengutip paparan Sekretaris Perusahaan Bata Hatta Tutuko dalam pemberitahuan dari manajemen, Senin (6/5/2024).
Manajemen menjelaskan diberhentikannya operasional pabrik Sepatu Bata di Purwakarta yang dilakukan sejak 30 April 2024, merupakan bagian dari upaya Perusahaan selama 4 tahun terakhir untuk bertahan di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi serta perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat.
Perusahaan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di Pabrik Purwakarta terus menurun.
"(Tidak hanya itu), kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia," terang Hatta.
"Dengan adanya keputusan ini, maka Perusahaan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta."
Mengutip laporan keuangannya, sampai dengan Kuartal III-2023, kerugian BATA mencapai Rp80,65 miliar alias membengkak 294,76% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Periode tersebut, penjualan perseroan hanya Rp488,47 miliar, melemah 0,42% secara tahunan.
Setahun sebelumnya, pada 2022, Sepatu BATA mencatatkan kerugian tahunan mencapai Rp105,92 miliar, angka tersebut melonjak 106,85% yoy.
(fad)