Mengecilnya peluang pengetatan moneter global yang lebih lama, memupus pamor safe haven seperti dolar AS dan memberi potensi penguatan mata uang yang jadi lawannya.
Para pemilik modal kembali menyasar berinvestasi di berbagai aset yang dinilai lebih berisiko mulai dari saham hingga aset-aset dari pasar negara berkembang, termasuk aset investasi portofolio di Indonesia.
Bank Indonesia melaporkan, berdasarkan data transaksi 29 April-2 Mei lalu, pemodal asing tercatat beli neto sebesar Rp3,06 triliun di pasar keuangan dalam negeri. Terdiri atas, beli bersih senilai Rp3,75 triliun di SBN dan Rp1,58 triliun di SRBI. Sedangkan di pasar saham, pada periode itu asing masih mencatat posisi net sell Rp2,27 triliun.
Selama 2024, berdasarkan data setelmen transaksi sampai 2 Mei lalu, investor nonresiden masih mencatat posisi jual di SBN sebesar Rp53,76 triliun, lalu memperkecil posisi beli bersih di saham menjadi tinggal Rp6,11 triliun dan posisi beli neto di SRBI sebesar Rp13,87 triliun.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren penguatan hari ini dengan target potensial menuju Rp16.040/US$ hingga mencapai Rp16.000/US$. Level resistance selanjutnya menarik dicermati pada Rp15.980/US$, yang merupakan resistance psikologis.
Melihat tren sepekan, nilai rupiah terkonfirmasi memiliki support di Rp16.110/US$ sebelumnya dan juga Rp16.150/US$ dan juga Rp16.200/US$ sebagai support psikologis terkuat, tercermin dari time frame daily dan menggaris chart dalam tren satu tahun ke belakang.
(rui)