Namun, menurutnya penguatan mata uang negara berkembang ini akan berlangsung singkat. Valuta Asia masih akan menghadapi volatilitas seiring ketakutan terhadap krisis perbankan di negara-negara maju masih datang dan pergi.
Selain itu, ekspektasi terhadap arah lanjutan bunga acuan The Fed, bank sentral AS, juga akan menentukan seberapa lama reli penguatan valuta emerging market itu akan berlangsung.
Rupiah menuju Rp 14.800
Laju penguatan nilai tukar rupiah menghadapi dolar AS berpeluang akan terus berlanjut. Berbagai upaya Bank Indonesia (BI) menambah amunisi untuk mendukung stabilitas nilai tukar seperti kebijakan term deposit valas Devisa Hasil Ekspor (TD Valas DHE) sejauh ini masih perlu didorong lebih kuat, menurut Claudio Piron, Strategist Bank of America dalam catatannya untuk para klien seperti dikutip Bloomberg News.
"Langkah-langkah yang lebih ketat mungkin diperlukan untuk mendorong repatriasi devisa hasil ekspor melalui amandemen peraturan yang relevan," kata Piron, Selasa siang (28/3/2023).
Bila itu dilakukan oleh otoritas, apresiasi mata uang Garuda bisa lebih lama berlanjut didukung suplai dolar yang memadai di dalam negeri untuk membantu kebutuhan para importir. Bank of America memperkirakan nilai tukar rupiah berpeluang menguat hingga ke level Rp 14.800 per dolar AS pada akhir tahun ini, lebih tinggi dibandingkan prediksi sebelumnya di Rp 15.000 per dolar AS.
Berikut market snapshot pada pukul 09.46 WIB:
(rui)