Di satu sisi, data ini bisa menjadi landasan bagi bank sentral Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga acuan. Namun di sisi lain, inflasi yang masih ‘bandel’ membuat Federal Funds Rate masih sulit untuk dipotong.
“Data ini akan menciptakan dilema bagi The Fed, di mana ekonomi melemah tetapi inflasi masih tinggi. Koreksi harga emas memberi sinyal bahwa konsolidasi masih akan berlanjut,” tegas Ole Hansen, Head of Commodity Strategy Saxo Bank AS, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Bagaimana prospek harga emas minggu depan? Apakah bakal turun lagi atau bisa bangkit?
Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), emas berada di zona bullish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 51,35. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang berada di posisi bullish.
Namun RSI emas tipis saja di atas 50. Jadi sebenarnya posisi emas relatif netral.
Sementara indikator Stochastic RSI berada di 93,77. Sudah di atas 80 yang berarti tergolong jenuh beli (overbought).
Berdasarkan pertimbangan tersebut, sepertinya gerak harga emas akan cenderung terbatas. Target support terdekat ada di US$ 2.298/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.292/troy ons bisa menjadi target berikutnya.
Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 2.305/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas naik menuju US$ 2.317/troy ons.
(aji)