Ekonomi Kuartal 1 Terdongkrak Lebaran, Setelah Itu Terancam Lesu
Ruisa Khoiriyah
03 May 2024 13:25
Bloomberg Technoz, Jakarta - Ramadan dan perayaan Lebaran yang memicu peningkatan aktivitas belanja masyarakat telah berlalu, berpeluang 'menyelamatkan' pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal 1-2024 dari perlambatan yang lebih tajam ketika tekanan harga pangan masih membebani daya beli.
Efek kenaikan konsumsi musim perayaan kemungkinan akan 'langsung habis' pada kuartal pertama tahun ini. Begitu juga dampak belanja seputar Pemilu 2024. Setelah itu, perekonomian domestik akan menghadapi tantangan perlambatan yang lebih kentara dengan daya beli masyarakat kekurangan stimulus, minimnya momentum kenaikan belanja, ditambah kenaikan bunga acuan BI rate yang berpotensi menghambat ekspansi dunia usaha.
Konsensus para analis dan ekonom yang disurvei oleh Bloomberg sampai hari ini, Jumat (3/5/2024), menghasilkan median perkiraan pertumbuhan ekonomi RI kuartal 1-2024 ada di angka 5,09%. Bila prediksi itu tepat, maka akan menjadi capaian positif setelah pada kuartal akhir tahun lalu, perekonomian RI mencatat pertumbuhan 5,04%. Prediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di angka 5,09% pada awal tahun bila terpenuhi juga akan menjadi yang tertinggi sejak kuartal II-2023. Badan Pusat Statistik dijadwalkan mengumumkan data kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal 1 pada Senin pekan depan.
Konsumsi domestik masih akan menjadi motor utama pertumbuhan kuartal 1-2024 didukung momentum Pemilu Februari lalu dan kedatangan Ramadan serta Idul Fitri. Sementara aktivitas ekspor sulit menolong dengan penurunan kinerja yang berlanjut. Kinerja investasi pada kuartal awal 2024 mungkin membantu dengan capaian realisasi investasi yang tumbuh 32,4%.
Namun, dengan minimnya momentum baru yang bisa mendongkrak konsumsi masyarakat lagi di tengah kelesuan daya beli, capaian pertumbuhan kuartal 1 mungkin akan sulit dikejar pada kuartal-kuartal berikutnya. Kepastian hasil Pemilu 2024 mungkin akan memantik investasi-investasi masuk lebih banyak akan tetapi pengetatan moneter oleh bank sentral diperkirakan membuat ekspansi usaha kembali tertahan.