“Meskipun demikian The Fed tidak akan terburu-buru mengambil keputusan pemangkasan hingga yakin bahwa inflasi AS akan turun ke target 2%,” kata Ariston saat dihubungi Bloomberg Technoz, Kamis (2/5/2024).
Ia menyebut bahwa para pelaku pasar berekspektasi pemangkasan FFR akan dilakukan pada September mendatang, namun beberapa diantaranya memasang ekspektasi yang lebih rendah yakni pemangkasan baru terjadi pada Desember 2024.
“Dengan The Fed yang memberikan indikasi tidak ada kenaikan, pasar menganggap sikap The Fed tidak Hawkish sehingga terlihat pelemahan dolar AS di pasar. Indeks dolar AS bergerak turun saat ini ke area 105,60, sebelumnya di kisaran 106,” jelas Ariston.
Dengan begitu, Ariston menegaskan hasil FOMC The Fed tadi malam memberikan sentimen positif kepada nilai tukar negara berkembang, termasuk rupiah pada hari ini.
“Jadi ini memberikan sentimen positif saat ini ke nilai tukar emerging market termasuk rupiah hari ini,” pungkas Ariston.
Sementara itu, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan hasil rapat FOMC The Fed kali ini relatif terantisipasi oleh para pelaku pasar. Setelah sebelumnya beberapa data ekonomi AS telah dilaporkan terutama inflasi yang masih relatif tinggi.
“Sehingga ini meyakinkan pasar bahwa bank sentral AS akan relatif lebih hati-hati dalam melakukan penyesuaian suku bunga acuan terutama penyesuaian ke bawah,” tutur Yusuf saat dihubungi Bloomberg Technoz, Kamis (2/5/2024).
Terkait itu, Yusuf menilai keputusan tersebut telah diperhitungkan oleh bank sentral negara berkembang, termasuk Bank Indonesia (BI) yang telah menaikan BI Rate menjadi 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) akhir Maret kemarin.
“Penyesuaian ini saya kira merupakan langkah preventif agar mengantisipasi dampak lanjutan yang kemudian bisa diberikan dari keputusan Bank Sentral AS,” katanya.
Yusuf juga mengatakan keputusan BI menaikan suku bunga acuannya pada RDG kemarin, merupakan salah satu upaya untuk menekan nilai tukar rupiah agar tidak terdepresiasi lebih dalam. Ia juga berharap, keputusan BI itu dapat memberikan ketenangan bagi investor agar tidak menarik dananya dari dalam negeri.
“Secara umum, saya kira memang pasar sudah relatif mengantisipasi langkah kebijakan Bank Sentral AS,” tutupnya.
Untuk diketahui berdasarkan data Tim Riset Bloomberg Technoz, rupiah spot menguat meninggalkan zona Rp16.200-an/US$ pada pukul 14:57 WIB. Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp16.185/US$, menguat 0,46% dibanding level penutupan pada perdagangan sebelum libur Hari Buruh.
Penguatan rupiah menjadi yang terbesar ketiga di Asia sejauh ini setelah won Korea (0,83%) dan peso Filipina (0,51%). Sementara itu, sampai siang hari tadi, hanya dong Vietnam dan yuan China yang masih tergerus oleh dolar AS. Di luar itu, semua valuta Asia berhasil melibas dolar AS.
(azr/lav)