Melanoma mempengaruhi sekitar 132.000 orang setiap tahunnya secara global dan merupakan pembunuh kanker kulit terbesar. Untuk pengobatan utamanya saat ini dilakukan pembedahan meski juga diiringi radioterapi, obat-obatan, dan kemoterapi pun juga turut digunakan.
Vaksin mRNA-4157 (V940) menargetkan neoantigen tumor yang diekspresikan oleh tumor pada pasien tertentu. Ini adalah penanda tumor yang berpotensi dikenali oleh sistem kekebalan tubuh.
Suntikan tersebut membawa kode hingga 34 neoantigen dan mengaktifkan respons imun antitumor berdasarkan mutasi unik pada kanker pasien.
Untuk mempersonalisasikannya, sampel tumor diambil selama operasi pasien, diikuti dengan pengurutan DNA dan penggunaan kecerdasan buatan. Hasilnya adalah suntikan antikanker yang dibuat khusus untuk tumor pasien.
"Ini merupakan terapi individual dan dalam beberapa hal jauh lebih pintar dibandingkan vaksin,” kata Shaw.
“Saya pikir ada harapan nyata bahwa hal ini akan menjadi terobosan dalam imunoterapi,” katanya.
Berdasarkan data fase 2 orang dengan melanoma 49% memiliki risiko tinggi serius yang disuntik bersamaan dengan imunoterapi Keytruda lebih memiliki potensi meninggal atau kankernya kambuh lagi usai tiga thun dibanding pasien yang hanya diberi Keytruda.
Pasien menerima 1mg vaksin mRNA setiap tiga minggu untuk maksimal sembilan dosis, dan 200mg Keytruda setiap tiga minggu (maksimum 18 dosis) selama sekitar satu tahun.
Pada uji coba global fase 3 diperkirakan lebih banyak pasien, dan bertujuan untuk merekrut sekitar 1.100 orang.
Salah satu pasien pertama yang diuji di UCLH adalah Steve Young, 52, dari Stevenage di Hertfordshire.
“Saya benar-benar bersemangat. Ini adalah kesempatan terbaik saya untuk menghentikan kanker," katanya.
(spt)