Kelompok transportasi, lanjut Amalia, memang sudah menjadi penyebab utama inflasi saat lebaran dalam 5 tahun terakhir. Pada April 2024, tingginya inflasi kelompok ini disebabkan oleh tarif angkutan udara dan angkutan antar-kota.
Angkutan udara, tambah Amalia, mengalami inflasi hingga 8,05% pada April dibandingkan bulan sebelumnya. "Sementara tren inflasi tarif antar-kota sejak Februari masih berlanjut hingga lebaran," ujarnya.
Rendahnya inflasi lebaran tahun ini, menurut Amalia, disebabkan oleh penurunan sejumlah komoditas pangan. Komoditas yang meredam inflasi antara lain adalah cabai merah, beras, telur ayam ras, dan cabai rawit dengan andil deflasi 0,14%, 0,12%, 0,06%, dan 0,04%.
"Jika dilihat secara historis sepanjang Januari 2021 hingga Maret 2024, cabai merah dan beras mengalami deflasi terdalam pada April 2024," tuturnya.
Harga beras, demikian Amalia, mengalami deflasi secara bulanan pada April 2024 setelah inflasi 8 bulan beruntun. Pada April 2024, beras mengalami deflasi 2,72% dengan andil 0,12%.
Sementara harga pangan yang masih mengalami inflasi salah satunya adalah bawang merah. Inflasi bawang merah mencapai 30,75% secara bulanan dengan andil 0,14%. Hal ini karena terjadi karena penurunan pasokan di sejumlah wilayah sentra produksi akibat banjir, seperti di Brebes, Kendal, Demak, Grobogan, dan sebagainya.
"Adapun tekanan inflasi bawang putih melandai seiring realisasi impor. Kemudian tekanan inflasi daging ayam ras berkurang sejalan peningkatan produksi dan pasokan jagung pipilan kering pada Maret dan April," sebut Amalia.
(aji)