Logo Bloomberg Technoz

Secara teknis, RON yang lebih tinggi memungkinkan pembakaran bahan bakar lebih sempurna, sehingga menghasilkan tenaga yang lebih optimal dan emisi gas buang yang lebih rendah.

“Akselerasi dan performa mesin secara keseluruhan juga dapat meningkat [dengan RON lebih tinggi]. Pembakaran yang lebih sempurna tentunya dapat membantu menjaga kebersihan mesin dan mengurangi keausan komponen mesin,” ujarnya.  

RON Pengganti Pertalite

Meskipun RON yang lebih tinggi menawarkan beberapa potensi keuntungan, Yanes mengatakan, penggunaan BBM dengan RON lebih tinggi dari 95 pada mesin kendaraan standar yang dirancang untuk Pertalite, dengan RON 90, tidak dianjurkan.

“Mesin karburator pada umumnya dirancang untuk menggunakan bahan bakar bensin dengan nilai oktan atau RON 88 hingga 90,” ujarnya.

“Pertalite [RON 90] sebetulnya sudah jadi pilihan yang ideal untuk sebagian besar mesin karburator hingga injection dengan hingga 10:1, seperti umumnya LCGC yang paling banyak di pasar Indonesia saat ini.”

Kenaikan RON 2 poin dari 90 ke 92 masih dapat dianggap aman untuk beberapa mesin karburator. Namun, penggunaan bioetanol pada mesin karburator tidak dijamin akan memberikan manfaat yang optimal.

“Jadi sarannya, konsultasikan dengan bengkel terpercaya untuk mendapatkan saran yang tepat dan menghindari potensi kerusakan mesin,” ujar Yannes.

Seorang petugas mengisi bahan bakar jerigen dengan solar di SPBU PT Pertamina di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan./Bolomberg-Dimas Ardian

Pertamina sebelumnya sudah mengonfirmasi keterlibatannya di Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan; sesuai dengan mandat Keputusan Presiden (Keppres) No. 15/2024.

CEO PT Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) John Anis menyatakan perseroan bakal berperan dalam menyediakan etanol yang merupakan bahan baku dari bahan bakar bioetanol, yakni Pertamax Green.

Namun, John mengatakan, perseroan masih belum memastikan tingkat RON dari Pertamax Green yang diproduksi dari sumber daya di Merauke, yang nantinya bakal digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) Pertalite atau Pertamax.

“Pemerintah mengharapkan ada bauran dengan etanol, etanol akan disuplai dari kami. Masih kita lihat [RON 95 atau 92] mana yang paling baik. Namun, yang jelas nanti akan dicampur, kita juga masih mikir, 10%, 15% atau 20%? Masih kita diskusikan,” ujar John saat ditemui di Jakarta Selatan, Selasa (30/4/2024).

Selain itu, John memastikan telah mendengar dan berkomunikasi ihwal rencana pemerintah untuk mengganti Pertalite atau Pertamax dengan BBM bioetanol pada 2027.

Dalam kaitan itu, Pertamina bakal mengejar target yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengganti mengganti Pertalite atau Pertamax dengan BBM bioetanol pada 2027.

Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Yuliot juga mengungkapkan pemerintah saat ini tengah melakukan persiapan lapangan, sehingga target produksi bahan baku tebu untuk bahan bakar berbasis bioetanol pengganti Pertalite atau Pertamax bisa tercapai pada 2027.  

“Penyediaan bioetanol yang berasal dari fermentasi tetes [tebu/molasses] digunakan untuk pengganti Pertamax atau Pertalite. [Bioetanol pengganti Pertalite atau Pertamax bisa digunakan] sesuai dengan rencana produksi di Merauke pada 2027,” ujar Yuliot kepada Bloomberg Technoz, Kamis (25/4/2024).

(dov/wdh)

No more pages