“Kita harus menghillangkan stigma bahwa transaksi antarnegara itu terlampau mahal, sangat selektif, dan tidak transparan,” tuturnya.
Terkait dengan rencana interkonektivitas sektor keuangan di Asean, BI—dan bank-bank sentral di 10 anggota Asean—belum lama ini menggandeng Bank of International Settlements (BIS) dalam rangka menghubungkan sistem pembayaran nasional mereka ke gerbang pembayaran lintas batas.
Bank Negara Malaysia dan BIS Innovation Hub dalam pernyataan bersama Kamis pekan lalu menyatakan rencana tersebut merupakan tindak lanjut dari kesepakatan antara Eurosystem dengan Malaysia dan Singapura melalui prototipe Project Nexus, yang memungkinkan transfer dana instan antarnegara melalui ponsel.
BIS dan otoritas moneter Indonesia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Malaysia akan bekerja untuk membangun konektivitas pembayaran yang lebih luas karena jaringan ditingkatkan di lebih banyak negara di fase berikutnya, menurut pernyataan tersebut.
Bank sentral merangkul sistem pembayaran seluler untuk melakukan transfer uang lebih cepat dan lebih murah.
India dan Singapura pada Februari juga sudah menghubungkan sistem mereka, sehingga memungkinkan penduduk kedua negara mentransfer uang melalui ponsel hampir secara instan. Singapura meluncurkan kesepakatan serupa dengan Thailand pada 2021, dan sedang bekerja dengan Malaysia untuk proyek semacam itu.
Pada fase berikutnya, BNM, Bank Indonesia, Bangko Sentral ng Pilipinas, Otoritas Moneter Singapura dan Bank Thailand juga akan memanfaatkan pengalaman dari fase awal proyek untuk memungkinkan transfer ke seluruh populasi gabungan sekitar 500 juta orang, menurut pernyataan BIS.
(wdh/frg)