Logo Bloomberg Technoz

Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global, dan regional. Mencermati respons pasar terhadap hasil rapat Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) dengan sikap hati-hati. Adapun Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 5,25–5,5%,  yang tertinggi dalam dua dekade terakhir untuk pertemuan keenam berturut-turut. Keputusan ini diambil secara aklamasi, sepakat bulat, tidak ada dissenting opinion.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pernyataan pejabat tinggi The Fed mengulangi pernyataan-pernyataan sebelumnya yang mengatakan bahwa FOMC tidak akan mulai memangkas suku bunga "Sampai ada keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2%."

Bahkan mungkin akan membutuhkan waktu lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya bagi Federal Reserve untuk mendapatkan keyakinan yang cukup tentang lintasan inflasi untuk mulai memangkas suku bunga, kata Gubernur Jerome Powell.

Akan tetapi, Powell juga menegaskan bahwa “Sepertinya tidak mungkin bahwa keputusan selanjutnya adalah kenaikan suku bunga acuan”.

Kalimat yang disebut belakangan dinilai bahwa The Fed tidak se-Hawkish berbagai perkiraan sebelumnya. Suku bunga memang belum akan turun dalam waktu dekat, tetapi setidaknya ada kepastian tidak akan naik.

“Tidak ada yang bicara soal pengetatan secara implisit. Ini meyakinkan investor bahwa penurunan suku bunga masih mungkin terjadi, bahkan bisa beberapa kali,” kata Bart Melek, Global Head Commodity Strategy di TD Securities.

"Kita bisa bersabar," katanya. Yang penting, komentarnya tampaknya juga menutup kemungkinan kenaikan suku bunga.

Pernyataan tersebut ‘Menenangkan’ para investor yang cemas akan langkah The Fed akan bereaksi lebih agresif terhadap tanda-tanda bahwa kemajuan inflasi telah terhenti.

Dengan latar belakang data ekonomi yang tangguh, kenaikan harga-harga juga telah menyebabkan perubahan nada di antara para pejabat The Fed. Pemangkasan suku bunga yang diisyaratkan oleh Powell pada Desember sangat bergantung pada perlambatan inflasi yang berkelanjutan–sesuatu yang belum terjadi.

Sentimen lain yang jadi perhatian pasar adalah harga minyak. Lonjakan persediaan minyak mentah AS ke level tertinggi sejak Juni menambah kekhawatiran tentang permintaan global.

West Texas Intermediate diperdagangkan pada kisaran US$79 per barel pada Kamis setelah anjlok 3,6% pada Rabu, sementara Brent ditutup mendekati US$83. Stok minyak mentah AS melonjak 7,27 juta barel pada data pekan lalu, terbesar sejak awal Februari, menurut data Energy Information Administration.

Minyak telah kehilangan lebih dari 5% minggu ini setelah bulan lalu melonjak ke level tertinggi sejak Oktober menyusul serangan Iran yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel.

Dari regional, Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, data resmi Purchasing Managers’ Index (PMI) China berhasil tumbuh lebih cepat di bulan April dari estimasi pasar, meskipun dengan laju yang lebih lambat.

“Data Composite PMI China yang dirilis oleh National Bureau of Statistics (NBS) turun ke level 51,7 di April dari level 52,7 di Maret, yang juga merupakan level tertinggi dalam 10 bulan, menjadi refleksi dari perlambatan di sektor Manufaktur dan sektor Jasa (Services),” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Data resmi Manufacturing PMI China turun ke level 50,4 dari level sebelumnya 50,8, namun berhasil lebih tinggi dari ramalan pasar 50,3. Ini juga mencerminkan laju ekspansi selama dua bulan berturut-turut pada aktivitas sektor Manufaktur di tengah upaya Pemerintah memicu pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 1,10% ke 7.234 pada perdgaangan sebelumnya, dan masih didominasi oleh volume pembelian, namun penguatan IHSG tertahan oleh MA-60.

“Saat ini, posisi IHSG diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave [c] dari wave B, sehingga IHSG masih berpeluang untuk menguji area 7.289,” papar Herditya dalam risetnya pada Kamis (2/5/2024).

Herditya juga memberikan catatan, tidak menutup kemungkinan juga IHSG akan terkoreksi terlebih dahulu untuk menguji 7.157-7.221.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ASII, HRTA, INKP, dan MAPI.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG berpotensi melanjutkan rebound pada perdagangan Kamis (2/5). IHSG berpeluang uji resistance level di 7250 pada hari ini (2/5).

“Kepastian bahwa tidak akan ada kenaikan sukubunga acuan oleh the Fed berpotensi meredam capital outflow yang menyebabkan pelemahan nilai tukar Rupiah. Sentimen positif juga berasal dari pelemahan signifikan harga minyak. Brent bahkan sudah kembali ke bawah asumsi APBN 2024 di US$80/barel. Kondisi ini meredam kekhawatiran lonjakan inflasi di AS dan kekhawatiran penyesuaian haga BBM di dalam negeri,” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi pada saham BBRI, BMRI, BRIS, BTPS, TLKM, INDF, dan ASII.

(fad)

No more pages