Para pelaku pasar global sedikit menarik nafas lega setelah dalam pengumuman hasil FOMC The Fed tadi malam, Gubernur The Fed Jerome Powell memberi sinyal yang tidak terlalu hawkish walau sulit juga disebut dovish meskipun menyisakan harapan akan ada penurunan bunga acuan tahun ini. The Fed masih mempertahankan level bunga acuan FFR di 5,5% sesuai ekspektasi pasar.
Namun, yang melegakan bukan itu. Walau skenario higher for longer memang masih jadi tema utama, akan tetapi para pemodal relatif lebih lega karena kecemasan bahwa peluang penurunan bunga acuan telah habis sama sekali terpatahkan oleh sinyal yang dilansir oleh Powell.
Bos The Fed itu menyadari bahwa para pengambil kebijakan membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan keyakinan lebih besar tentang disinflasi sebelum memutuskan penurunan bunga acuan. Sinyal itu juga mematahkan kekhawatiran pasar bahwa mungkin ada potensi kenaikan bunga acuan menyusul data inflasi yang terlihat kembali panas.
Pelaku pasar kini memperkirakan penurunan bunga acuan hanya akan terjadi sekali saja tahun ini dan semakin mundur ke Desember dari tadinya diprediksi hingga tujuh kali pemangkasan mulai Maret.
Ketakutan akan adanya lagi kenaikan bunga acuan, selain telah ditepis oleh The Fed, juga karena data-data yang dilansir sebelum hasil FOMC The Fed diumumkan mendukung hal tersebut.
Pembukaan lapangan kerja AS pada Maret menyentuh level terendah dalam tiga tahun terakhir sementara angka berhenti kerja dan rekrutmen juga melambat, mengindikasikan tren pelemahan pasar tenaga kerja yang lebih lanjut.
Bukan hanya itu, aktivitas pabrik di AS pada April juga terkontraksi akibat penurunan permintaan di kala harga masukan (input price) naik di laju tercepat sejak inflasi memuncak pada 2022. Indeks Institute for Supply Management (ISM) manufaktur jatuh ke 49,2, area kontraksi, pertama kali sejak 2022. Lebih rendah ketimbang prediksi.
Gabungan berbagai data itu memberi sinyal perekonomian AS mungkin benar memasuki periode stagflasi di mana inflasi tinggi ketika pertumbuhan melambat. Tingkat permintaan yang semakin lemah tidak memberi ruang kenaikan bunga karena bisa menyeret perekonomian jatuh dalam resesi. Tantangannya kini adalah menarik lagi inflasi ke jalur penurunan tanpa menjatuhkan ekonomi dalam jebakan resesi.
(rui)