Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksi inflasi April 2024 sebesar 0,3% secara bulanan (month-to-month/mtm), melambat dibanding Maret yang sebesar 0,52% (mtm).

Josua menjelaskan landasan proyeksi inflasi utamanya didorong penurunan inflasi bahan makanan yang secara khusus menurun karena puncak musim panen terjadi pada April 2024. Menurut dia, musim panen cenderung mengimbangi dampak dari Lebaran ketika permintaan bahan makanan biasanya meningkat pada momentum tersebut

“Laju inflasi bulanan pada April 2024 diperkirakan sebesar 0,27% mom, cenderung menurun dari 0,52% mom di Maret 2024 atau selama periode Ramadan,” kata Josua saat dihubungi Bloomberg Technoz, Rabu (1/5/2024).

Lebih lanjut, ia mengatakan pada April 2024 beberapa komoditas pangan mengalami penurunan harga, beberapa diantaranya adalah beras, telur ayam, cabai merah, dan cabai rawit. Meskipun begitu, beberapa komoditas pangan juga tercatat mengalami kenaikan harga yakni daging ayam, daging sapi, bawang merah, bawang putih, dan minyak goreng.

Sedangkan kelompok pengeluaran lain yang berkontribusi terhadap inflasi adalah transportasi, penyediaan makanan dan minuman atau restoran, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya.

“Peningkatan ini terkait dengan meningkatnya permintaan selama liburan Lebaran, terutama untuk jasa transportasi, biaya rekreasi dan rekreasi, dan harga emas yang lebih tinggi dan depresiasi rupiah yang menyebabkan inflasi impor yang lebih tingg  di tengah ketidakpastian ekonomi global yang meningkat dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah,” jelas Josua.

Sementara itu, secara inflasi tahunan diperkirakan pada angka 3,02% (year-on-year/yoy) pada April 2024, sedangkan pada bulan Maret 2024 tercatat pada 3,05 (yoy). Josua mengungkap, tipisnya penurunan itu didorong oleh inflasi harga bergejolak yang lebih rendah karena penurunan inflasi bahan makanan, sejalan dengan puncak musim panen yang meningkatkan pasokan bahan makanan.

Sedangkan inflasi inti, Josua memprediksi berada di level 1,82% (yoy) meningkat dibandingkan Maret 2024 yang sebesar 1,77% (yoy). Menurutnya, peningkatan ini disokong oleh adanya peningkatan permintaan pada periode Idulfitri, kenaikan harga emas, dan inflasi impor yang lebih tinggi karena depresiasi rupiah.

“Kami memperkirakan inflasi pada akhir tahun 2024 akan berada dalam kisaran target 1,5%-3,5%, dengan potensi tekanan ke atas pada paruh pertama tahun 2024 yang berasal dari dampak El Nino dan inflasi impor yang lebih tinggi akibat depresiasi rupiah di tengah risiko suku bunga kebijakan global yang 'higher-for-longer’ dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah,” ungkapnya.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data inflasi April pada 2 Mei mendatang. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median proyeksi inflasi April sebesar 0,3% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Melambat ketimbang Maret yang sebesar 0,52%.

Pemerintah menetapkan Idul Fitri jatuh pada 10 April. Idul Fitri boleh dibilang adalah puncak konsumsi masyarakat, yang sudah meningkat sepanjang Ramadan. Selepas itu, konsumsi pun melandai. Jadi tidak heran jika laju inflasi melambat dibandingkan Maret.

Namun dibandingkan April tahun lalu (year-on-year/yoy), laju inflasi sepertinya sedikit terakselerasi. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median proyeksi inflasi tahunan pada April sebesar 3,1% (yoy). Sedikit lebih tinggi ketimbang Maret yang 3,05% (yoy).

(azr/lav)

No more pages