Meski pendapatan turun, PTBA masih mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 1,13% menjadi Rp7,99 triliun dari sebelumnya, Rp7,89 triliun.
Alhasil, laba bruto sepanjang kuartal I 2024 pun tercatat sebesar Rp1,41 triliun, anjlok 31,01% dibandingkan kuartal I 2023 yang sebesar Rp2,05 triliun.
Harga Batu Bara Lesu Meski Produksi Naik
Meski demikian, perseroan mencatatkan peningkatan kinerja operasional, dengan kenaikan produksi sepanjang kuartal I 2024 yang mencapai 7,3 juta ton, tumbuh 7% dari sebelumnya, 6,8 juta ton.
Kenaikan produksi tersebut juga turut mengerek volume penjualan menjadi 9,7 juta ton, atau naik 10% secara tahunan. Dari total tersebut, sebanyak 3,8 juta ton diantaranya diekspor, yang juga naik 4% secara tahunan.
"Terdapat peningkatan ekspor ke sejumlah negara, di antaranya India, Korea Selatan, Thailand, Vietnam, Malaysia," ujar Sekretaris Perusahaan PTBA Niko Chandra dalam siaran resminya, Rabu (1/5/2024).
Meski begitu, Niko mengatakan bahwa perseroan menghadapi koreki harga batu bara pada 3 bulan pertama tahun ini.
Dia mengatakan, rerata indeks harga batu bara Indonesian Coal Indekc (ICI-3) mengalami koreksi hingga 21% secara tahunan menjadi US$78,9/ton dari sebelumnya di US$100,44/ton.
Kemudian, rata-rata indeks harga batu bara di pasar Ice Newcastle juga terkoreksi 49% secara tahunan menjadi US$ 125,76/ton.
"PTBA terus berupaya memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor untuk mempertahankan kinerja baik," ujar dia.
"Selain itu, Perseroan berharap agar pembentukan Mitra Instansi Pengelola (MIP) dapat segera terealisasi dan memberikan dampak baik bagi kinerja keuangan PTBA."
(ibn/dhf)