“Fokus Perseroan pada peningkatan produksi melalui penambahan alat tambang dan pembukaan lokasi baru, strategi recovery plan serta program efisiensi berkelanjutan secara perlahan berimbas pada perbaikan kinerja keuangan Perseroan." ujar Direktur Keuangan TINS Fina Eliani dalam siaran resminya, Rabu.
Namun, naiknya produksi tersebut tak berbanding lurus dengan penjualan logam timah yang susut 17% menjadi 3.524 ton dari sebelumnya yang sebanyak 4.246 ton.
Dari total penjualan itu, sebanyak 91% diantaranya diekspor, dengan 6 tujuan negara dengan porsi terbesar diantaranya Singapura 22%, Korea Selatan 14%, Amerika Serikat 11%, Jepang 9%, India dan Belanda masing-masing 8%.
Alhasil, TINS membukukan pendapatan sebesar Rp2,06 triliun, atau menurun 5,3 % dari sebelumnya di Rp2,17 triliun.
Pendapatan tersebut sejatinya ditopang oleh penjualan logam timah yang menyumbang Rp1,49 triliun di kuartal I 2024, yang juga susut dari capaian kuaral I 2023 yang sebesar Rp1,73 triliun, berdasarkan laporan keuangannya.
Sementara itu, posisi nilai aset perseroan pada kuartal I 2024 sebesar Rp12,82 triliun, hanya susut tipis dari sebelumnya di Rp12,85 triliun.
(ibn/dhf)