Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebut peningkatan produksi minyak kompetitor menjadi salah satu penyebab rerata harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) selalu lebih mahal dari rerata harga minyak nabati dunia.

Ketua Umum Gapki Eddy Martono menyebut kecenderungan itu sudah mulai tampak sejak Oktober 2023. 

"Harga minyak bunga matahari di bawah harga CPO. Ini saya buktikan sendiri di Uzbekistan, China, dan India. Di sana harga minyak biji bunga matahari lebih murah, padahal produktivitas sawit luar biasa sangat tinggi. Namun, kenapa [minyak nabati lainnya] bisa lebih murah?" ujarnya, Selasa (30/4/2024).

"Karena memang begitu ada larangan ekspor [CPO] dari Indonesia, mereka [negara lain] butuh [mengamankan] ketahanan pangan juga. Jadi mereka gencar menanam, mereka menanam apa yang mereka bisa tanam, sehingga produksi bunga matahari melimpah."

Produksi minyak kelapa sawit./Bloomberg-Ferley Ospina

Eddy lebih lanjut menjelaskan bahwa bukan hanya minyak biji bunga matahari saja yang mengalami kenaikan produksi. Minyak biji rapa atau rapeseed oil atau familiar disebut sebagai minyak bunga canola, serta minyak kedelai juga mengalami peningkatan produksi.

"Demikian juga pada Januari dan Februari 2024, selain minyak bunga matahari harga rapeseed oil juga lebih rendah daripada harga CPO, dan harga minyak kedelai pada Februari juga lebih rendah dari harga CPO," sambungnya.

CPO Makin Tak Kompetitif

Walhasil, menurut Eddy, produk CPO Indonesia di pasar global menjadi tidak kompetitif lantaran banyaknya kebijakan-kebijakan seputar domestic market obligation (DMO) yang menekan laju ekspor. Belum lagi, negara tujuan ekspor CPO terbesar Indonesia —China dan India — mulai mencari alternatif minyak nabati lainnya.

"Ini tidak kompetitifnya bagi kita dibandingkan dengan negara tetangga [Malaysia, yang juga produsen besar CPO]. Kita harus bermain dalam kebijakan, misalnya besaran PE [pungutan ekspor] dan BK [bea keluar]-nya dikurangi besarannya [agar] lebih kompetitif," tegasnya.

Untuk diketahui, harga CPO naik pada perdagangan awal pekan ini, Senin (29/4/2024). Dengan begitu, harga komoditas ini sudah naik 2 hari beruntun. 

Pada harga CPO di Bursa Malaysia untuk kontrak pengiriman 3 bulan mendatang dibanderol MYR 3.921/ton. Naik 0,64% dibandingkan dengan akhir pekan lalu. Harga CPO pun naik 2 hari berturut-turut sehingga, harga bertambah 1,21%.

Akan tetapi, kenaikan tersebut belum cukup untuk melepaskan harga CPO dari tren negatif. Dalam sepekan terakhir, harga masih terpangkas 2,04% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga ambruk 10,33%.

Tingginya pasokan masih menjadi beban bagi gerak harga CPO. Di Malaysia, Southern Peninsular Palm Oil Millers Association (SPPOMA) melaporkan produksi CPO pada 1—25 April naik 4,11% dibandingkan dengan periode yang sama bulan sebelumnya.

Per hari ini, mengutip Trading Economics, harga minyak biji rapa dunia mencapai US$388,39/ton, terkoreksi 0,01% dari hari sebelumnya. Minyak bunga matahari US$862,80/ton atau anjlok 3,90%, sedangkan minyak kedelai US$1.141/bushel atau turun 0,38%. 

(prc/wdh)

No more pages