Selain faktor sentimen bunga global yang memicu arus keluar modal asing dari pasar keuangan domestik, rupiah juga terpuruk karena secara musiman, bulan-bulan memasuki kuartal II adalah jadwal pembayaran dividen oleh korporasi. Itu juga telah didahului oleh lonjakan impor yang membutuhkan banyak dolar AS seiring antisipasi puncak konsumsi masyarakat kala Ramadan dan Idulfitri lalu.
Arus keluar modal asing
Rupiah goyah akibat arus keluar modal asing yang deras sepanjang bulan lalu. Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), kepemilikan asing di instrumen tersebut menyentuh level terendah sejak Januari 2023, menjadi tinggal Rp791,03 triliun pada 29 April. Terjadi penurunan sedikitnya Rp19,67 triliun selama April saja.
Sementara bila menghitung sepanjang tahun ini hingga data setelmen 25 April, sebagaimana laporan Bank Indonesia, asing telah melepas sedikitnya Rp47,26 triliun SBN. Di pasar saham, asing juga hengkang. Pemodal asing mencatat net sell selama April sebesar Rp20,67 triliun di seluruh pasar (reguler, negosiasi dan tunai).
Sedangkan di instrumen sekuritas tenor pendek Bank Indonesia, Sertifikat Rupiah (SRBI), sampai 25 April lalu, posisi beli asing juga makin susut tinggal Rp9,62 triliun.
Tekanan itu yang akhirnya mendorong Bank Indonesia memutuskan kenaikan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25% pekan lalu, demi memberi dukungan lebih besar pada rupiah menghadapi gejolak global yang diprediksi makin tajam ke depan.
Meski dampak kenaikan bunga acuan tak serta merta menolong rupiah dengan masih stagnannya nilai mata uang di kisaran Rp16.200-an/US$ sampai menutup April lalu.
(rui)