Kedua, tantangan dari kualitas benih karena pupuk yang tidak optimal. Adapun, Bulog tidak bisa sembarangan dalam menyerap produksi dalam negeri karena memiliki kewajiban untuk menjaga sesuai dengan standar perseroan.
“Kenapa? Karena nanti beras dibeli harus dijual lagi, padahal sekarang konsumen Bulog dan masyarakat sudah terima beras Bulog yang baik,” ujarnya.
“Dari dahulu kan protes kalau beras Bulog jelek, saya tidak mau. Jadi beras Bulog sudah bagus. Syarat beras Bulog bagus adalah intake-nya baik dalam gabah maupun beras dibeli Bulog ya harus bagus juga.”
Di sisi lain, Bayu mengatakan, perseroan juga telah melakukan kontrak untuk impor beras sebanyak 1,5 juta ton. Adapun, ini merupakan bagian dari penugasan impor dengan kuota sebesar 3,6 juta ton pada 2024.
“Kira-kira sudah masuk dan kontrak 1,5 juta, bagian penugasan 3,6 juta ton pada 2024,” ujar Bayu.
(dov/wdh)