Namun, Ghani mengatakan terdapat isu soal keekonomian dari proyek tersebut, khususnya karena minimnya infrastruktur di wilayah Merauke.
Dengan demikian, proyek pengembangan tebu dan bioetanol pada lahan seluas 2 juta ha di Merauke dinilai tidak layak dilakukan melalui skema business to business (B2B).
“Di sana tidak ada infrastruktur, kalau diserahkan pada mekanisme B2B tidak layak. Saya dengar Bapak Presiden [Joko Widodo] sudah komitmen,” ujarnya.
Dengan demikian, pemerintah bakal membantu dengan membangun infrastruktur mulai dari jalan, pelabuhan, listrik serta bendungan.
Bila hasil studi kelayakan (feasibility study) tetap menunjukan bahwa keekonomian proyek tersebut masih kurang, Ghani mengatakan, pemerintah perlu kembali memberikan dukungan kredit dengan bunga murah.
“Dalam hal ini apakah kita mau swasembada? Tanpa dukungan itu, jangan mimpi mau swasembada pangan,” tuturnya.
Pengembangan 2 juta ha lahan tebu baru di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan bakal dibagi menjadi empat klaster; baik yang akan digarap oleh perusahaan swasta maupun BUMN.
Dalam kaitan itu, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot menjabarkan pembagian klaster dalam pengembangan lahan yang termasuk dalam penugasan Satuan Tugas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol.
“Jadi klaster 1 dan 2 itu diperuntukkan bagi KEK [kawasan ekonomi khusus] BUMN, sedangkan klaster 3 untuk badan usaha swasta yang merupakan konsorsium, dan klaster 4 badan usaha swasta/BUMN,” ujarnya kepada Bloomberg Technoz, Selasa (30/4/2024).
Dia tidak mengelaborasi lini waktu untuk pengerjaan masing-masing klaster tersebut, berikut siapa saja perusahaan atau investor yang terlibat di dalamnya. Akan tetapi, dia mengatakan pemerintah akan fokus untuk mengembangkan klaster 3 terlebih dahulu pada tahap awal.
“Pemerintah mendorong percepatan pada klaster 3 dengan luas kebun 300.000 ha untuk 5 pabrik gula dan sambil konsolidasi untuk klaster 1, 2, dan 4 bagi KEK/BUMN,” terangnya.
Dia tidak mengelaborasi lini waktu untuk pengerjaan masing-masing klaster tersebut, berikut siapa saja perusahaan atau investor yang terlibat di dalamnya. Akan tetapi, dia mengatakan pemerintah akan fokus untuk mengembangkan klaster 3 terlebih dahulu pada tahap awal.
Yuliot sebelumnya mengatakan kepada Bloomberg Technoz bahwa total nilai investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan 2 juta ha lahan tebu di Merauke, Papua Selatan hampir mencapai US$8 miliar atau setara Rp130 triliun (asumsi kurs Rp16.252,15).
Dalam proyek tersebut, bakal terdapat 5 konsorsium yang terlibat untuk mengembangkan 5 pabrik gula, lahan pabrik gula, sekaligus produksi bioetanol, kebun, dan pembangkit listrik dengan kapasitas 120 megawatt (120 MW).
Yuliot mengatakan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia tengah melakukan konsolidasi terhadap konsorsium yang berasal dari dalam negeri tersebut.
Dirinya pun mengonfirmasi bahwa PT Sinergi Gula Nusantara (PT SGN) atau Sugar Co dan Wilmar Group bakal bergabung ke dalam konsorsium.
(dov/wdh)