Bloomberg Technoz, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono memaparkan perkembangan kinerja ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan produk turunannya yang kian menurun akibat makin tingginya kebutuhan untuk biodiesel di dalam negeri.
Menurut Eddy, ekspor CPO dan produk turunannya sudah terjun bebas sejak September 2023, lantaran konsumsi domestik CPO untuk biodiesel sejak Juni tahun lalu sudah lebih tinggi dibandingkan dengan serapan untuk pangan.
"Porsi ekspor terhadap produksi turun sejak September 2023. Porsi Ekspor terhadap produksi pada Februari 2024 sebesar 50,9%. Biasanya kita bisa ekspor 70,9%," jelas Eddy, Selasa (30/4/2024).
"[Kebutuhan CPO untuk ] biodiesel sejak Juni 2023 sudah lebih tinggi dari konsumsi untuk pangan. Dengan mandatori B35 saja [serapan CPO yang seharusnya untuk ekspor] sudah lebih tinggi untuk biodiesel, bagaimana kalau naik ke B40? Akan lebih tinggi lagi," jelasnya.

Untuk diketahui, sejak Desember 2022, pemerintah Indonesia mulai gencar menyuarakan transisi B30 menjadi B35 untuk digunakan masyarakat luas.
Komposisi B35 terdiri dari 35% bahan bakar nabati (BBN) dan 65% solar. B35 sendiri mulai bisa digunakan masyarakat umum per 1 Februari 2023, dengan alokasi kebutuhan sebesar 13 juta kiloliter (kl). Sementara itu, untuk penaikan mandatori menjadi B40, dibutuhkan produksi biodiesel sebanyak 15 jut akl.
Dari segi produksi CPO, Gapki mencatat realisasi per Februari 2024 mencapai 3,88 juta ton, terkontraksi 8,24% dari bulan sebelumnya atau secara month to month (mtm), tetapi naik 4,38% dari Februari 2023 atau secara year on year (yoy).
"Konsumsi juga terjadi penurunan 4,72% [mtm menjadi 1,84 juta ton], tetapi secara year on year positif 2,57%," ujar Eddy.
Di sisi lain, volume ekspor CPO pada bulan tersebut mencapai 1,80 juta ton alias mengalami penurunan cukup drastis sebesar 26,48% mtm dan 2,68% yoy.
Adapun, stok akhir CPO per Februari menyentuh 3,25 juta ton, naik 7,24% mtm dan 17,78% yoy.
(prc/wdh)